Sari Pediatri (Dec 2016)

Hipotiroidisme kongenital di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RS Ciptomangunkusumo Jakarta, tahun 1992-2002

  • Melda Deliana,
  • Jose RL Batubara,
  • Bambang Tridjaja,
  • Aman B Pulungan

DOI
https://doi.org/10.14238/sp5.2.2003.79-84
Journal volume & issue
Vol. 5, no. 2
pp. 79 – 84

Abstract

Read online

Gejala klinis hipotiroidisme kongenital pada neonatus seringkali tidak begitu jelas dan baru terdeteksi setelah 6-12 minggu. Diagnosis dini sangat penting untuk mencegah timbulnya retardasi mental atau meringankan derajat retardasi mental. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran klinis awal, laboratorium dan respons terapi awal natrium levotiroksin pada pasien hipotiroidisme kongenital. Data dikumpulkan dari catatan rekam medik kasus-kasus hipotiroidisme kongenital yang berkunjung ke Poliklinik Endokrinologi Anak dan Remaja FKUI/RSCM Jakarta selama kurun waktu 1992-2002. Dalam kurun waktu tersebut terdapat 30 pasien baru, 21 anak (70%) perempuan dan 9 anak (30%) laki-laki. Sebagian besar (53,3%) didiagnosis pada umur 1-5 tahun. Berdasarkan status antropometri menurut NCHS-WHO ditemukan gizi buruk pada 53,3% kasus (berat badan/umur), perawakan pendek paa 90% kasus (tinggi badan/ umur), dan pada 70% kasus perbandingan berat badan/tinggi badan adalah normal. Gejala klinis tersering saat diagnosis adalah perkembangan motorik terlambat (83,3%), konstipasi (73,3%), aktivitas menurun (70%), makroglosia (70%), dan pucat (70%). Ditemukan maturasi tulang terlambat (95,5%), gangguan pendengaran (22,7%), gangguan sistem neuromuskular (16,7%), dan retardasi mental (62,5%). Pada pemeriksaan skintigrafi dijumpai agenesis tiroid pada 11,1% kasus. Sebagian besar (26,7%) mendapat terapi awal dosis tinggi (8-10 mg/kg/hari). Gejala klinis berkurang (36,7%) dalam 4 minggu dan fungsi tiroid kembali normal (33,3%) dalam 1-3 bulan setelah terapi awal.

Keywords