Langkau Betang: Jurnal Arsitektur (Dec 2016)

MENGENAL ARSITEKTUR LOKAL: KONSTRUKSI RUMAH KAYU DI TEPIAN SUNGAI KAPUAS, PONTIANAK

  • Lestari .,
  • Zairin Zain,
  • Rudiyono .,
  • Irwin .

DOI
https://doi.org/10.26418/lantang.v3i2.18321
Journal volume & issue
Vol. 3, no. 2
pp. 1 – 11

Abstract

Read online

Keberadaan sungai Kapuas sebagai sumber kehidupan dan jalur transportasi air, memunculkan permukiman-permukiman di tepian sungai Kapuas.Rumah-rumah yang berada di pemukiman tepian sungai Kapuas umumnya didirikan langsung di tepian sungai Kapuas.Rumah tersebut sebagian besar berupa rumah kayu yang terhubung dengan gertak-gertak sebagai jalur penghubung antar rumah.Konstruksi rumah kayu ini menarik untuk diamati mengingat keadaan tepian sungai perlu diselesaikan oleh bangunan agar tetap bertahan.Tulisan ini memaparkan kontruksi rumah kayu pada salah satu kasus daerah tepian sungai kapuas. Daerah kasus yang diambil adalah Kelurahan Bansir Laut, Kecamatan Pontianak Tenggara, Kota Pontianak.Dalam tulisan ini dipaparkan konstruksi kayu berdasarkan bagian-bagian rumah mulai dari pondasi, rangka, dinding, sampai atap.Terdapat beberapa tipe konstruksi pada kasus yang diteliti.Pertimbangan umum terletak pada kemudahan konstruksi, tampilan atau fasad dan lokasi keberadaan rumah The existence of the Kapuas river as a source of life and water transportation, led to settlements growth on side the Kapuas river. The houses are located on side Kapuas river are generally directly constructed at the river. The houses mostly made of wood which connected by wooden bridge as connecting lines between houses. Construction of wooden houseis interesting to be identifiedbecause the building must bedurable with the condition around the river. This paper describes the wooden houses construction in one case area of the Kapuas riverside. Case study is taken at Kelurahan Bansir Laut, South East Pontianak District. In this paper described the wooden construction : the foundation, frame, wall, and the roof. There are several types of construction in the cases studied. General considerations is the ease of construction, appearance or facade and location of the house. REFERENCES Abdurachman., Nurwati Hadjib. (2006). Pemanfaatan Kayu Hutan Rakyat Untuk Komponen Bangunan. PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : 130-148: Bogor Hidayat, Husnul. (2014). Konteks Ekologi Kota Tepian Sungai dalam Perspektif Lokalitas Bahan Bangunan. Membangun Karakter Kota Berbasis Lokalitas. Architecture Event 2014 Hidayati, Zakiah. (2012). Sistem Struktur dan Konstruksi Bangunan Vernakula Rumah Suku Kutai Tenggarong, Kalimantan Timur . JURNAL EKSIS Vol.8 No.1, Mar 2012: 2001 – 2181 Khaliesh, Hamdil., Indah Widiastuti., Bambang Setia Budi. (2012). Karakteristik Permukiman Tepian Sungai Kampung Beting di Kota Pontianak. Prosseding Temu Ilmiah IPLBI 2012. Bandung Ningsih, Deffi Surya., Za’aziza Ridha Julia., Larissa Hilmi., Leo Darmi. (2016). Rayap Kayu (Isoptera) Pada Rumah-Rumah Adat Minangkabau Di Sumatera Barat diakses online padahttp://artikel.dikti.go.id/index.php/PKM-P/article/viewFile/23/23 pada tanggal 28 September 2016 Puspantoro, Ign Benny, Ir. (2005). Konstruksi Bangunan Gedung : Sambungan Kayu Pintu Jendela. Penerbit Andi : Yogyakarta Zain, Zairin. (2012). Pengaruh Aspek Eksternal pada Rumah Melayu Tradisional di kota Sambas. Jurnal NALARSs Vol 11 No. 2 Juli 2012 .Universitas Muhammadiyah Jakarta. Jakarta Zain, Zairin., Indra Wahyu Fajar. (2014). Tahapan Konstruksi Rumah Tradisional Suku Melayu di Kota Sambas Kalimantan Barat. Jurnal Langkau Betang Vol 1 No. 1 2014 . Universitas Tanjungpura. Pontianak