Patanjala: Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya (Jun 2013)
1 CINGCOWONG DARI SAKRAL KE PROFAN
Abstract
Abstrak Cingcowong sebagai sebuah ritual tradisional yang berasal dari masyarakat agraris Desa Luragung Landeuh, Kabupaten Kuningan, merupakan wujud aktifitas kolektif masyarakat yang bersumber pada kepercayaan terhadap roh-roh gaib yang dipercaya memiliki kekuatan mampu mendatangakan hujan untuk mengatasi kekeringan, khususnya pada lahan pertanian yang disebabkan oleh kemarau berkepanjangan. Seiring dengan berkembangnya pengetahuan masyarakat terhadap konsep keagamaan dan nilai-nilai spiritual, ritual Cingcowong yang dahulu dianggap memiliki nilai sakral, saat ini mulai luntur dan berganti dengan nilai-nilai yang bersifat profan. Pada perkembangannya saat ini Cingcowong tidak saja dianggap sebagai ritual sakral tetapi juga dianggap sebagai bentuk budaya yang bersifat hiburan karena telah bertansformasi dalam bentuk kesenian khususnya seni tari Cingcowong. Adanya perubahan paradigma terhadap nilai-nilai sakral ke profan dalam ritual Cingcowong oleh sebagian besar masyarakat, selain disebabkan oleh faktor eksternal perubahan fungsi, juga disebabkan oleh adanya faktor internal dalam ritual Cingcowong itu sendiri. Faktor internal tersebut berkaitan dengan perubahan dalam hal pemenuhan kebutuhan hidup yang dihadapi oleh para pelakunya, sehingga ritual Cingcowong menjadi komersial. Penelitian ini dilakukan melalui metode kualitatif dengan pemaparan deskriptif analitik untuk menghasilkan gambaran dan analisa lengkap terhadap fenomena yang diajukan. Abstract Cingcowong is atraditional ritual of agrarian community in Desa (village) Luragung Landeuh, Regency of Kuningan. It is a manifestation of collective activities that has root in belief on spirits which is believed to have power to make rain during drought. As the community have more knowledge about religious concepts and spiritual values, cingcowong ritual which was considered sacred is beginning to vanish, turned into profane values. Today cingcowong is also considered as a form of entertaining culture due to its transformation into a kind of art, especially cingcowong dance. The switch of paradigm was caused by external factor in term of its function, and internal factors as well. The internal factors are related to changes in subsistence faced by the community sothat cingcowong has become commercial. The author conducted a qualitative research method with a brief descriptive analytics exposition to produce comprehensive overview and analysis of the phenomenon proposed.
Keywords