Dialektika: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Dec 2017)

AWALAN ME-/MEN-/MENG- + S- ATAU MENG-?

  • Djoko Kentjono

DOI
https://doi.org/10.15408/dialektika.v4i2.7681
Journal volume & issue
Vol. 4, no. 2
pp. 146 – 165

Abstract

Read online

Abstract: Description of morphological processes involving the verbal prefix me-/meN- in the Indonesian grammars have a long story. Traditionally, me- was described as changing in its form into meng- when followed by a base which begins with vowels, k, g, h, and kh; into mem- when folllowed by t and d; into men(y) when followed by s, sy, c, and j; remaining as me- when followed by m, n, ny, ng, l, r, w, and y. In the process, the initial p, t, l, and s are lost and the fate of the bases is no longer discussed. In this presentation it will be argued that not only prefixes but bases also entitled to more than one allomorph, changing the initial p, t, k, and s of the base into their respective homorganic nasals. This argument is supported by the occurrence of allomorphs like –masang, -nulis, -nguras, dan –nyapu in reduplication. Hypenation in written words like me-masang, me-nulis, me-nguras, and me-nyapu are also proofs of the allomorphic existence. Abstrak: Deskripsi proses morfologi yang bersangkutan dengan awalan verba me-/meN- dalam tata bahasa Indonesia mempunyai sejarah yang cukup panjang. Secara tradisional, me- diperikan sebagai awalan yang berubah bentuknya menjadi meng- ketika diikuti bentuk dasar yang berawal vokal, k, g, h, dan kh; menjadi mem- jika diikuti p, b, dan f; menjadi men- jika diikuti t dan d, menjadi men(y) ketika diikuti s, sy, dan j; tetap sebagai me- ketika diikuti m, n, ny, ng, l, r, w, dan y. Dalam proses itu p, t, k, dan s awal hilang atau luluh dan nasib kata/bentuk dasar tidak dihiraukan lagi. Dalam paparan di bawah ini diajukan argumen bahwa tidak hanya awalan tetapi juga kata/bentuk dasar mempunyai kemungkinan untuk memiliki lebih dari satu kata/bentuk dasar menjadi sengauan homorgan masing-masing. Argumen ini ditopang, misalnya, oleh kahadiran alomorf atau bentuk seperti –masang, -nulis, -nguras, dan nyapu dalam kata ulang. Penggunaan tanda hubung (-) dalam kata tertulis pada akhir baris seperti me-masang, me-nulis, me-nguras, dan me-nyapu juga menjadi bukti adanya alomorf-alomorf tersebut. Permalink/DOI: http://dx.doi.org/10.15408/dialektika.v4i2.7681.

Keywords