El Harakah (Dec 2019)
Understanding Hadrah Art as The Living Al-Qur’an: The Origin, Performance and Worldview
Abstract
This article explores hadrah art in Lampung. Hadrah art actually becomes the most played religious music art among Indonesian Muslim in various areas. It focuses on the doctrinal basis of hadrah believed by Indonesian Muslim. By explaining the origin of the hadrah, its performances, tools and poems sung, with the living Qur’an concepts and interpretivism perspective, I found that hadrah is usually performed in religious rituals, then it is always contextual and connotative. Hadrah for Indonesian Muslim can be understood as the living Qur’an phenomenon because the underlying doctrine is shalawat from the Qur’an. As one of the phenomena of the living Qur’an, hadrah group, essentially, is reciting poems praising Allah and the Prophet of Muhammad, and they believe that it is as a command of the Qur’an. Thus, there has been acculturation between the teachings of the Qur’an with the local culture of society. Artikel ini membahas tentang seni hadrah di Lampung. Seni hadrah sebenarnya menjadi seni musik religius yang paling banyak dimainkan di kalangan Muslim Indonesia di berbagai wilayah. Artikel ini fokus pada dasar doktrinal hadrah yang diyakini oleh Muslim Indonesia. Dengan menjelaskan asal mula hadrah, pertunjukannya, alat-alatnya dan puisi-puisinya yang dinyanyikan, dengan menggunakan kerangka konsep Al-Qur’an yang hidup dan perspektif interpretivisme, terungkap bahwa hadrah biasanya dilakukan dalam ritual keagamaan, lalu selalu bersifat kontekstual dan konotatif. Hadrah bagi Muslim Indonesia dapat dipahami sebagai fenomena Al-Qur’an yang hidup, karena doktrin yang melandasinya adalah shalawat dari Al-Qur’an. Sebagai salah satu fenomena dari Al-Qur’an yang hidup, kelompok hadrah, pada dasarnya, melantunkan puisi yang memuji Allah dan Nabi Muhammad, dan mereka percaya bahwa itu adalah sebagai perintah Al-Qur’an. Dengan demikian, telah terjadi akulturasi antara ajaran Al-Qur’an dengan budaya masyarakat setempat.
Keywords