Langkau Betang: Jurnal Arsitektur (Sep 2016)

KARAKTERISTIK MEKANIS DAN PERILAKU LENTUR BALOK KAYU LAMINASI MEKANIK

  • Ratna Prasetyowati Putri,
  • Fengky Satria Yoresta

DOI
https://doi.org/10.26418/lantang.v3i1.16717
Journal volume & issue
Vol. 3, no. 1
pp. 1 – 13

Abstract

Read online

Penggunaan paku atau baut maupun kombinasinya dengan perekat sebagai penghubungantar lamina pada balok kayu laminasi akan mempengaruhi karakteristik mekanis danperilaku keruntuhan balok tersebut. Penelitian ini bertujuan menentukan karakteristikmekanis dan menganalisa perilaku lentur balok kayu laminasi mekanik. Tiga tipe baloklaminasi digunakan dalam penelitian ini, ditambah balok glulam sebagai kontrol. Balok tipe 1menggunakan baut/paku di sepanjang bentang sebagai penghubung antar lamina. Balok tipe 2hanya menggunakan paku/baut pada sepertiga bentang di kedua ujung balok, sedangkan padasepertiga bentang lainnya menggunakan perekat. Paku atau baut pada balok tipe 3ditempatkan pada sepertiga bentang di tengah balok dan sisanya menggunakan perekat.Pengujian lentur dilakukan dengan metode one point centre loading dengan jarak antartumpuan 90cm. Hasil penelitian menyimpulkan balok tipe 3 memiliki nilai ModulusElastisitas (MOE) tertinggi dibandingkan balok tipe 1 dan tipe 2. MOE balok laminasitertinggi terdapat pada balok laminasi-paku diameter 0.3 cm tipe 3 (52162.95 kg/cm2)sedangkan terendah pada balok laminasi-paku diameter 0.3 cm tipe 1 (11077.41 kg/cm2).Modulus of Rupture (MOR) tertinggi terdapat pada balok laminasi-paku diameter 0.3 tipe 3(368.16 kg/cm2) dan terendah pada balok laminasi-baut diameter 0.5 cm tipe 3 (207.36kg/cm2). Balok kontrol memiliki nilai MOE dan MOR tertinggi dibandingkan semua baloklaminasi mekanik. Posisi penempatan baut, paku, dan perekat pada balok laminasi hanyaberpengaruh terhadap nilai MOE. Semua kerusakan yang ditemukan pada balok laminasimekanik adalah berupa kerusakan lentur dan geser antar lamina The use of nails or bolts or its combination with adhesive as connector between lamina on laminated wood beams will affect the mechanical characteristics and collapse behavior of the beam. This study aims to determine the mechanical characteristics and analyze the flexural behavior of mechanical-laminated wood beams. Three types of the mechanical-laminated beams used in this study beside glulam beams as control. The type 1 using bolts/nails along the span as a connector between laminas. Beam type 2 only using nails/bolts on the one-third span at both ends of the beam, while adhesive on the other space of span. Nails or bolts on beam type 3 is placed on the one-third span at the middle of the beam, and the other space using adhesive. Bending test was conducted by using one-point centre loading method with 90 cm of span. The study concluded that beam type 3 has the highest value of Modulus of Elasticity (MOE) compared to beam type 1 and type 2. The highest MOE for laminated beams is found on nail-laminated beam with diameter of 0.3 cm type 3 (52162.95 kg/cm2) while the lowest one is on nail-laminated beam with diameter of 0.3 cm type 1 (11077.41 kg/cm2). The highest Modulus of Rupture (MOR) is found on nail-laminated beam with diameter of 0.3 cm type 3 (368.16 kg/cm2), and the lowest one is on bolt-laminated beam with diameter of 0.5 cm type 3 (207.36 kg/cm2). The control beam has the highest value of MOE and MOR compared to all mechanical-laminated wood beams. Position of bolts, nails, and adhesive on the laminated beams is only affects to MOE. All damage found on the mechanical-laminated beams is in form of flexural collapse and shear failure among laminas. REFERENCES Anshari, B (2006). Pengaruh variasi tekanan kempa terhadap kuat lentur kayu laminasi dari kayu meranti dan keruing. Civil Engineering Dimension. 1(8):25-33. Gere, JM dan Timoshenko, SP (2000). Mekanika Bahan. Suryoatmono B, penerjemah; Hardani W, editor. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga. Terjemahan dari: Mechanics of Material Fourth Edition. [JAS] Japanese Agricultural Standard (2003). Glued Laminated Timber. JAS 234:2003. Mardikanto, TR., Karlinasari, L., Bahtiar, ET (2011). Sifat Mekanis Kayu. Bogor (ID): IPB Press. Moody RC., Hernandez, R., Liu, JY (1999). Glued structural members. Di dalam: Wood and Handbook, Wood as Engineering Material. Madison, WI: USDA Forest Service, Forest Product Laboratory. P3HH (2008). Petunjuk Praktis Sifat-Sifat Dasar Jenis Kayu Indonesia. Indonesia (ID): Indonesian Sawmill and Woodworking Association (ISWA) ITTO Project Pd 286/04. Sadiyo, S., Wahyudi, I., Yeyet (2011). Pengaruh diameter dan jumlah paku terhadap kekuatan sambungan geser ganda tiga jenis kayu. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan. 4(1): 26-32. Widiati, KY (2001). Pengaruh Tekanan dan Waktu Tekan terhadap Keteguhan Rekat dan Penetrasi Perekat pada Kayu Lamina Prosiding Seminar Nasional IV MAPEKI; 6-9 Agustus 2001; Samarinda (ID). Yap KHF (1999). Konstruksi Kayu. Bandung (ID): Trimitra Mandiri