Sari Pediatri (Dec 2016)

Sinobronkitis pada Anak

  • Noenoeng Rahajoe

DOI
https://doi.org/10.14238/sp2.3.2000.146-54
Journal volume & issue
Vol. 2, no. 3
pp. 146 – 54

Abstract

Read online

Batuk kronik berulang (BKB) merupakan masalah yang sering dijumpai dalam praktek sehari-hari di bidang kesehatan anak. Batuk kronik berulang adalah batuk yang berlangsung hampir tiap hari minimal 2 minggu berturut-turut dan atau berulang paling sedikit 3 episode dalam 3 bulan. Seluruh bagian dari sistem respiratorik - mulai dari hidung hingga paru - merupakan satu kesatuan fungsional. Gangguan saluran napas atas dapat menyebabkan atau disertai dengan gangguan saluran napas bawah dan sebaliknya. Ada hubungan timbal balik antara sinusitis dengan bronkitis, yang disebut sebagai sinobronkitis, bronkosinusitis, atau sindrom sinobronkial. Sinobronkitis dapat mengenai pasien dewasa maupun anak. Sinusitis adalah proses inflamasi pada mukosa sinus paranasalis yang disebabkan oleh infeksi maupun non infeksi. Dalam patofisiologi sinusitis ada 3 hal yang berperan yaitu (1) patensi ostium, (2) fungsi mukosilier, dan (3) kualitas sekret. Patogenesis sinusitis umumnya berhubungan dengan sumbatan pada ostium, yang didahului oleh infeksi (virus, bakteri, atau jamur), alergi, atau kelainan anatomi. Berbeda dengan orang dewasa, gejala sinusitis pada anak tidak khas. Kuman patogen pada anak sama dengan yang didapatkan pada orang dewasa, yaitu Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, dan Moraxella catharrhalis. Sinusitis sering mengikuti infeksi saluran napas atas akut oleh virus. Sinusitis sering didapatkan bersama dengan asma, hal ini dikaitkan dengan adanya postnasal drip, peningkatan blokade adregenik beta, atau refleks nasobronkial melalui saraf vagus. Kelainan radiologis yang dapat ditemukan pada sinusitis adalah air fluid level, perselubungan, atau penebalan mukosa. Walaupun belum ada penelitian tersamar ganda dengan kelompok kontrol, namun antibiotik yang dapat digunakan untuk mengobati sinusitis adalah amoksisilin, amoksisilin-klavulanat, kotrimoksazol, eritromisin-sulfisoksazol, atau sefalosporin, selama minimal 3 minggu.

Keywords