Substantia: Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin (Apr 2022)

Teori Kritis Mazhab Frankfurt: Varian Pemikiran 3 (Tiga) Generasi Serta Kritik Terhadap Positivisme, Sosiologi, dan Masyarakat Modern

  • Suci Fajarni

DOI
https://doi.org/10.22373/substantia.v24i1.13045
Journal volume & issue
Vol. 24, no. 1
pp. 72 – 95

Abstract

Read online

The Critical Theory of the Frankfurt School through its emancipatory vision requires a new paradigm in social science that can liberate humans from the economic domination of capitalism, various established ideologies, and social order that is oppressive and unfair. This article aims to: 1) review in detail the variants of Critical Theory thought developed by the first, second, and third generations of the Frankfurt School; 2) explain the criticisms of Critical Theory on positivism; 3) describe the criticisms of Critical Theory on Sociology; and 4) reviewing the criticisms of Critical Theory on modern society. By using a qualitative approach and library research design, as data mining techniques, this study concludes that: 1) There are differences of thought among the three generations of the Frankfurt School. The first generation has built the foundation of Critical Theory towards the ideas of emancipation while acknowledging the subject-object relation, as well as agreeing to objectification. Jurgen Habermas as the second generation through his communicative action theory framework answers the stagnation of the first generation by emphasizing his Critical Theory on developing the subject's argumentative capacity. The third generation of thought by Axel Honneth departs from ethical interests through recognition; 2) Critical Theory criticizes positivism for preserving the status quo so that it fails to get out of the existing problems and preserving these problems; 3) Critical Theory criticizes Sociology because it is considered ideological, neutral, passive, and too focused on methodology, thus failing to build public awareness to overcome unequal and unfair realities; 4) Critical theory states that modern society went through cultural repression, where certain social and cultural obligation was institutionalized by the capitalistic economy. Those capitalism ethics makes humans view other humans as things or objects. Abstrak: Teori Kritis Mazhab Frankfurt melalui visi emansipatorisnya menghendaki sebuah paradigma baru dalam ilmu pengetahuan sosial yang mampu membebaskan manusia dari dominasi ekonomi kapitalisme, ragam ideologi mapan, serta tatanan sosial yang penuh penindasan dan ketidakadilan. Artikel ini bertujuan untuk: 1) mengulas secara rinci varian pemikiran Teori Kritis yang dikembangkan oleh generasi pertama, generasi kedua, dan generasi ketiga Mazhab Frankfurt; 2) menjelaskan kritik-kritik Teori Kritis terhadap positivisme; 3) memaparkan kritik-kritik Teori Kritis terhadap Sosiologi; serta 4) mengulas kritik-kritik Teori Kritis terhadap masyarakat modern. Melalui pendekatan kualitatif dengan desain library research, artikel ini menyimpulkan bahwa: 1) Terdapat perbedaan pemikiran diantara ketiga generasi Mazhab Frankfurt. Generasi pertama telah membangun fondasi Teori Kritis ke arah emansipatoris dengan tetap mengakui relasi subjek-objek, sekaligus mengamini objektifikasi dan kemudian mengalami kebuntuan pemikiran akibat terjebak dengan kritik yang mereka buat sendiri. Jurgen Habermas sebagai generasi kedua melalui kerangka teori tindakan komunikatifnya menjawab kebuntuan generasi pertama dengan menitikberatkan Teori Kritisnya pada pengembangan kapasitas argumentatif subjek. Adapun pemikiran generasi ketiga oleh Axel Honneth berangkat dari kepentingan etis melalui jalan pengakuan; 2) Teori Kritis mengkritik positivisme karena melanggengkan status quo, sehingga ia tidak mampu keluar dari permasalahan yang ada melainkan melanggengkan permasalahan tersebut; 3) Teori Kritis mengkritik Sosiologi karena dianggap bersifat ideologis, netral, pasif, dan terlalu fokus pada metodologi, sehingga gagal dalam membangun kesadaran masyarakat agar dapat mengadakan perubahan terhadap realitas yang penuh dengan ketimpangan dan ketidakadilan; 4) Teori Kritis menyatakan bahwa masyarakat modern mengalami represi kultural, yakni suatu kondisi di mana tuntutan sosial budaya tertentu dilembagakan oleh tatanan ekonomi kapitalisme. Prinsip kinerja kapitalis tersebut membuat manusia memandang yang lain sebagai benda (things) atau objek.

Keywords