JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) (Nov 2022)

Sindroma Kardiorenal

  • Shirly Lucas

DOI
https://doi.org/10.14710/jai.v0i0.46154
Journal volume & issue
Vol. 14, no. 3
pp. 257 – 273

Abstract

Read online

Cardiorenal syndrome (CRS) atau sindroma kardiorenal merupakan suatu kondisi dimana terjadi penyakit ginjal dan penyakit jantung secara bersamaan yang progresifitasnya terjadi dengan cepat. Pada kasus dimana penyakit jantung merupakan penyakit primer, yang terjadi adalah gangguan dinamika kardioavaskular, aktivasi neurohormonal dan faktor inflamasi yang terlibat dalam awal-mulanya perburukan fungsi ginjal dan penyakit ginjal yang progresif. Sepsis adalah “respons sistemik terhadap infeksi yang telah terdokumenetasi atau masih dicurigai dan terjadi disfungsi satu organ”; terdiri dari hipotermia/hipertermia, takikardia, takipnea, infeksi, dan disfungsi organ akhir akibat hipoperfusi. Sepsis yang lebih modern didasari konsep SIRS, sebuah istilah yang mendeskripsikan kompleks imun sebagai respons infeksi dan digunakan untuk menggambarkan ciri klinis yang berkaitan dengan respons tersebut. Penggunaan klinis SIRS menggambarkan kekacauan laju nafas, frekuensi denyut jantung, temperature, dan jumlah leukosit. Jika ada 2 dari 4 kriteria di bawah ini, SIRS bisa ditegakkan: nafas > 20 kali per menit atau PaCo2 90 kali per menit, suhu >38o C atau 12,000/mm3 atau <4,000/mm3. CRS sepsis adalah disfungsi renal dan kardiak yang terjadi bersamaan dalam sebuah kondisi sistemik primer yang mempengaruhi kedua organ. “Tuntutan iskemik” jantung didasarkan pada alasan meningkatnya kebutuhan oksigen berkaitan dengan respons sepsis (misalnya takikardia, peningkatan curah jantung) yang mengarah kepada cedera iskemik. Disfungsi renal dapat dilihat selama sepsis berat dan merupakan bagian dari gambaran klinis syok septik dan kegagalan multi organ.

Keywords