Sari Pediatri (Nov 2016)

Pola Resistensi Salmonella Enterica Serotipe Typhi , Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSHS, Tahun 2006–2010

  • Anggraini Alam

DOI
https://doi.org/10.14238/sp12.5.2011.296-301
Journal volume & issue
Vol. 12, no. 5
pp. 296 – 301

Abstract

Read online

Latar belakang. Peningkatan kejadian resistensi Salmonella enterica serotype typhi (S. typhi) terhadap berbagai antibiotik telah banyak dilaporkan. Tanpa mengenal pola kepekaan kuman tersebut di suatu rumah sakit akan menimbulkan peningkatan mortalitas dan morbiditas akibat S. typhi. Tujuan. Mengetahui pola kepekaan S. typhi terhadap kloramfenikol, ampisilin, trimetoprim-sulfametoksazol, seftriakson, sefotaksim, seftazidim, sefoperazon, meropenem, imipenem, dan siprofloksasin. Metode. Merupakan penelitian observasional deskriptif berdasarkan data rekam medis pasien didiagnosis demam tifoid anak (0–14 tahun) sejak 1 Januari 2006 - 31 Desember 2010. Semua hasil kultur S. typhi positif dari darah, urin, feses, atau cairan serebrospinalis dilakukan uji kepekaan dan resistensi terhadap berbagai jenis antibiotik, dengan metoda difusi cakram (tahun 2006-2009) dan metoda v-tech radiometric (tahun 2010). Hasil. Kultur S. typhi ditemukan 15,8% dari seluruh spesimen dari 216 pasien demam tifoid. Selama tahun 2006–2010, S. typhi menunjukkan sensitivitas yang baik terhadap berbagai jenis antibiotik. Antibiotik lini pertama (kloramfenikol, ampisilin, dan trimetoprim-sulfametoksazol) 92–100%, seftriakson, sefotaksim, dan sefoperazon 95,7%–100%, seftazidim 81,8%–100%, meropenem 100%, imipenem 94,7%–100%, serta siprofloksasin 100%. Kesimpulan. Sejak tahun 2006 sampai 2010 tidak terjadi peningkatan kejadian resistensi antibiotik dari S. typhi. Kloramfenikol, ampisilin, dan trimetoprim-sulfametoksazol, masih menunjukkan sensitifitas yang tinggi sehingga dapat dipakai sebagai terapi lini pertama demam tifoid

Keywords