Sari Pediatri (Dec 2016)

Pola Tata laksana Diare Akut di Beberapa Rumah Sakit Swasta di Jakarta; apakah sesuai dengan protokol WHO?

  • Pramita G. Dwipoerwantoro,
  • Badriul Hegar,
  • Pustika A.W. Witjaksono

DOI
https://doi.org/10.14238/sp6.4.2005.182-7
Journal volume & issue
Vol. 6, no. 4
pp. 182 – 7

Abstract

Read online

Pada umumnya penyakit diare akut bersifat self limiting disease sehingga seringkali pasien tidak memerlukan pengobatan spesifik. Tata laksana diare akut dengan berbagai derajat dehidrasi telah dibakukan oleh WHO. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menilai pola tata laksana diare akut di luar rumah sakit institusi pendidikan. Metoda: Penelitian deskriptif yang dilakukan secara retrospektif di tiga rumah sakit swasta Jakarta sejak 1 Januari sampai 31 Maret 1999 pada 67 pasien diare akut yang dirawat, berumur 0-24 bulan. Hasil: Didapatkan 37 (55%) anak lelaki dan 30 (45%) anak perempuan menderita diare akut, terdiri dari tanpa dehidrasi 6 (9%) anak, dehidrasi ringan-sedang 52 (78%) anak, dan dehidrasi berat 9 (13%) anak. Proporsi rentang usia 0-6 bulan sebanyak 23 (34%) anak, >6-12 bulan 28 (42%), dan >12-24 bulan 16 (24%). Jumlah pasien diare akut tanpa dan dengan dehidrasi ringan-sedang yang mendapat rehidrasi secara parenteral sebanyak 51 (88%) anak dari 58 anak. Sedangkan sisanya menderita dehidrasi berat diberi cairan rehidrasi parenteral yang dibagi dalam 24 jam. Pada keseluruhan pasien rawat hanya 37 (55%) anak yang mendapat cairan rehidrasi oral (oralit/Pedialyte). Penggunaan antibiotik didapatkan pada 55 (82%) anak dan anti diare pada 32 (48%) anak. Pemberian ASI hanya didapatkan pada 41 (61%) anak, dan di antaranya pemberian ASI dilanjutkan pada 36 (88%) anak, serta dihentikan pada 5 (12%) anak; sedangkan 26 (39%) anak sudah tidak mendapatkan ASI. Dari 51 anak yang menggunakan susu formula, didapatkan pemberian susu formula khusus pada 47 (70%) anak dan pengenceran susu formula pada 2 (3%) anak. Lama rawat rerata 3 hari, dengan kisaran 2 sampai 6 hari, dan 1 anak dirawat lebih dari 7 hari. Kesimpulan: tata laksana diare akut di tiga rumah sakit swasta di Jakarta kurang sesuai dengan panduan/protabel WHO, tampak dari hasil pemakaian CRO hanya pada 50% pasien, antibiotik masih banyak dipakai (90%), dan pemakaian susu formula khusus pada 70% anak. Sedangkan pemberian ASI diteruskan cukup baik, yaitu 88%.

Keywords