Dewa Ruci: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni (Jul 2018)
Hubungan pemesan dan pelaras dalam penentuan larasan Gamalan Banjar
Abstract
Proses pelarasan gamalan Banjar sangat berkaitan antara pemesan dan pelaras gamalan Banjar. Pemesan yang menginginkan gamalan Banjar memiliki kreteria sendiri terhadap gamalan yang akan dibuatnya melalui pelaras gamalan Banjar. Komponen yang mempengaruhi pemesan dalam membuat gamalan Banjar adalah modal budaya, selera, kedekatan timbre suara, dan kekuatan kapital yang dimilikinya.sedangkan pelaras gamalan Banjar memiliki pengetahuan atas pembentukan tumbang antar bilahan nada yang berdasarkan pada karateristik rasa musikal budayanya. Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif sebagai metode utama dalam upaya mengumpulkan informasi dan data lapangan yang di dapatkan pada saat pengumpulan data. Metode kuantitatif juga digunakan sebagai metode bantu untuk menghitung dan memvalidasi data frekuensiyang didapatkan dari instrumen gamalanBanjar yang ada di lapangan, sehingga peneliti bisa mendapatkan gambaran jelas. Kerangka konseptual yang berdasarkan pada pengetahuan emperis pemesan dan pelaras GamalanBanjar menjadi dasar analisis untuk mengungkap hubungan antara pemesan dan pelaras gamalan Banjar. Perbedaan ini tergambar jelas pada frekuensi bilahan nada-nada gamalan Banjar, sedangkan jangkah dan gembyangannya tidak mengalami perubahan yang signifikan. Perbedaan frekuensi bilahan nada tersebut dilandasi oleh timbre suara dalang yang berbeda-beda. gamalan Banjar yang telah selesai dilaras akan menjadi representatif pemiliknya. Caruk dan payau menjadi penanda kualitas hasil dari hubungan antara pemesan dan pelaras gamalan Banjar. ABSTRACT Within the process of gamelan Banjar tuning, the relationship between the buyers and the tuner of gamelan Banjar is taken into account. The buyers who order gamelan Banjar must have their criteria toward the gamalan which is going to be produced by the tuner of gamelan Banjar. The components that are taken into consideration by the buyers when ordering gamelan Banjar is the cultural principle, taste, the proximity of voice timbre, and the finance capability they possess. Furthermore, the tuner of gamelan Banjar has a cognition in contriving the strides within the frequency of tone keys which based on the characteristics of its cultural music taste. The researcher utilizes qualitative method as the primary method in collecting information and data on the field in the stage of data collection. The quantitative method as a secondary method here is used to assist the researcher in calculating and validating the frequency of the data collected from gamelan Banjar instrument which is present on the field so he could get a clearer picture. A conceptual framework which is based on the empirical knowledge about the buyers and the tuner of gamelan Banjar becomes the basis of the analysis to uncover the relationship between the buyer and tuner of gamelan Banjar. This distinction is clearly illustrated in the frequency of tones keys of gamelan Banjar, whereas the stride and its gembyangan do not change significantly. The differences in the frequency of the tone pitches rely on the varied voice timbre of the mastermind. gamelan Banjar who has completed tuned will be the representative owners. Caruk and payau become a mark of quality results from the relationship between the buyer and the tuner of gamelan Banjar.
Keywords