Kanz Philosophia: A Journal for Islamic Philosophy and Mysticism (Jun 2014)

Zuhd and Pleasure : A Comparative Account between Imam Ali’s Nahj Al-Balāgha and Moore’s Ethics

  • Qusthan Firdaus

DOI
https://doi.org/10.20871/kpjipm.v4i1.58
Journal volume & issue
Vol. 4, no. 1
pp. 104 – 115

Abstract

Read online

Abstrak : Artikel ini mendiskusikan zuhd sebagai sebuah penanda etis (an ethical bon mot) sekaligus membandingkannya dengan argumen Moore mengenai kesenangan. Memaksimalkan output dan meminimalkan input merupakan dua premis dasar yang menyusun zuhd. Keduanya membawa kepada kewajiban positif dan negatif. Kewajiban positif berakar pada hak untuk berekspresi secara bebas sementara kewajiban negatif berakar pada hak untuk bekerja pada lingkungan yang adil dan disukai. Di samping itu, argumen Moore mengenai kesenangan tidak memadai untuk menjadi sebuah penanda etis karena bersifat subjektif. Dengan demikian, zuhd memiliki kualitas yang lebih baik daripada kesenangan untuk menjadi sebuah penanda etis.Kata Kunci : Zuhud, pleasure (Kesenangan), Penanda etis, Kewajiban posistif, Kewajiban negatifAbstract : This article discusses about Zuhd as an ethical sign (an ethical bon mot), all at once to compare it with Moor’s argument on pleasure. Maximizing output and minimizing input constitute two basic premises which composed zuhd. Both of them lead to positive and negative duties. Positive duty is rooted on right to express freely, while negative duty is rooted on right to work in just and prefer domain. Moreover, Moor’s argument of pleasure is unsufficient to be an ethical sigh, for it is very subjective argument. By this, Zuhd has a better quality than pleasure to be an ethical sign or marker.Keywords : Zuhud, Pleasure, Ethical bon mot, Positive duties, Negative duties

Keywords