Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia (Dec 2017)
Penyakit Hawar Pelepah (Rhizoctonia solani) pada Padi dan Taktik Pengelolaannya
Abstract
Rice sheath blight disease caused by Rhizoctonia solani Kuhn (AG-1), is one of diseases currently growing and widespread in rice-producing areas in Indonesia. Widely planting of short-type and many tillers rice varieties with high doses fertilized, especially urea, can increase the severity of sheath blight disease. Sheath blight disease is becoming increasingly important role in the rice production system, especially in intensive rice farming. Therefore, it is necessary to analyze epidemic components affecting sheath blight development to determine their management strategies. The sheath blight disease is observed to develop more severe in low areas (0−200 m above sea levels) than in the moderate and high areas, severity of disease is seen to increase in short-type many tillers rice varieties. Initial inoculum are sclerotia and the mycelia in plant debris that have an important role in the rice sheath blight development. However, sclerotia may fail to germinate due colonized by various kinds of antagonistic bacteria in the soil. Bacteria that are antagonistic to R. solani can be isolated from paddy soil containing compost. Mature compost can suppress germination of sclerotia of R. solani by 14%, while in the mature compost enriched with antagonistic bacteria can suppress the germination of sclerotia by 28%. Relative humidity and temperature around the plant affect the development of rice sheath blight disease. Relative humidity decreased 2.8% when watering is only done by flooding the trench around, and decreased by 4.4% when flooding of land only 1 time per week. Sheath blight control by implementing some components in an integrated epidemic have higher chances of success in suppressing the disease development. Intisari Penyakit hawar pelepah padi yang disebabkan oleh jamur Rhizoctonia solani Kuhn (AG-1), merupakan salah satu penyakit yang saat ini berkembang dan tersebar luas di daerah-daerah penghasil padi di Indonesia. Penanaman secara luas padi varietas unggul tipe pendek beranakan banyak dan dipupuk dengan dosis tinggi terutama urea, dapat meningkatkan keparahan penyakit hawar pelepah. Penyakit hawar pelepah menjadi semakin penting peranannya di dalam sistem produksi padi sawah, terutama di daerah pertanian padi yang intensif. Oleh karena itu, perlu analisis komponen epidemi yang memengaruhi perkembangan hawar pelepah untuk menentukan strategi pengelolaannya. Pengamatan menunjukkan bahwa hawar pelepah berkembang lebih parah di daerah rendah (0−200 m dpl) daripada di daerah sedang dan tinggi, keparahan penyakit terlihat semakin meningkat pada varietas padi tipe pendek beranakan banyak. Inokulum awal berupa sklerosia dan miselium dalam serasah tanaman mempunyai peranan penting dalam perkembangan penyakit di pertanaman. Akan tetapi, sklerosia dapat gagal berkecambah karena dikoloni oleh berbagai spesies bakteri antagonis dalam tanah. Bakteri yang bersifat antagonis terhadap R. solani dapat diisolasi dari tanah sawah yang mengandung kompos. Kompos matang dapat menekan perkecambahan sklerosia sebesar 14%, sedangkan pada kompos matang yang diperkaya dengan bakteri antagonis dapat menekan perkecambahan sklerosia sebesar 28%. Kelembapan relatif dan suhu di sekitar tanaman padi memengaruhi perkembangan penyakit hawar pelepah. Kelembapan relatif menurun 2,8% ketika pengairan hanya dilakukan dengan cara penggenangan pada parit keliling, dan turun sebesar 4,4% ketika dilakukan penggenangan lahan 1 kali seminggu. Teknologi pengendalian hawar pelepah dengan menerapkan beberapa komponen epidemik secara terpadu mempunyai peluang keberhasilan tinggi dalam menekan perkembangan penyakit.
Keywords