Jurnal Teknik ITS (Mar 2017)
Analisis Risiko Terjadinya Kerusakan Kapal Pada Proses Penurunan dengan Metode Airbag
Abstract
Penurunan kapal dengan metode airbag memiliki potensi risiko yang besar terhadap dampak pada kerusakan kapal. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan masih adanya kecelakaan penurunan kapal dengan metode airbag. Sehingga sampai saat ini belum ada badan asuransi yang berani menanggung risiko pada peluncuran kapal menggunakan airbag. Oleh karena itu pada studi ini dilakukan analisis risiko kerusakan kapal pada proses peluncuran dengan metode airbag. Hal ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses perhitungan yang benar, risiko-risiko apa saja yang dapat terjadi dan apa rekomendasi preventif (pencegahan) yang diberikan agar risiko tersebut berkurang atau bahkan hilang pada proses peluncuran kapal dengan metode airbag. Metode yang digunakan dalam menganalisis risiko kejadian didapatkan berdasarkan dari beberapa langkah pengerjaan. Pertama, adalah mengidentifikasi faktor-faktor risiko. Kedua, mengidentifikasi bahaya sehingga dampak risiko dapat diketahui. Ketiga, melakukan evaluasi risiko berdasarkan penilaian kuantitatif pada tingkat probabilitas dan tingkat keparahan. Terakhir, hasil dari penilaian risiko dimitigasi dengan memisahkan mana risiko yang dapat diterima dan mana risiko yang harus diberikan tindakan. Pada proses identifikasi akar permasalahan (root cause) dilakukan dengan bantuan Fault Tree Analysis, dimana identifikasi dilakukan dengan diawali asumsi kegagalan peluncuran (top event) kemudian penyebab kegagalan dirinci hingga sampai pada suatu kegagalan dasar. Rekomendasi preventif diberikan berdasarkan dari akar permasalahan yang muncul. Pada proses perhitungan digunakan kapal kontainer 100 TEUs sebagai referensi kapal yang akan diluncurkan dengan metode airbag. Dengan berat peluncuran 1156.94 ton dibutuhkan airbag sebanyak 20 buah dengan diameter 1 meter dan bearing capacity sebesar 16.66 ton/m. Kapasitas winch yang dibutuhkan untuk menahan kapal tersebut adalah 795.4 kN. Gaya angkat buritan terjadi setelah langkah 7 dan terapung bebas setelah langkah 8. Sedangkan pada identifikasi risiko dilakukan berdasarkan periode peluncuran. Untuk periode 1 pada kondisi kritis kapal bisa anjlok, untuk periode 2 kapal membentur landasan atau badan kapal bisa patah sedangkan untuk periode 3 pada kondisi kritis kapal bisa karam atau kapal bisa mengalami dropping. Dari hasil identifikasi akar permasalahan yang dilakukan dengan Fault Tree Analysis, didapatkan 11 rekomendasi preventif yang harus dilakukan pada proses penurunan kapal dengan metode airbag.