Nyimak: Journal of Communication (Mar 2024)

Social Judgment Sabda and Dawuh Hamengkubuwono X Regarding the Appointment of the Crown Princess

  • Sigit Surahman,
  • Ahmad Sihabudin,
  • Fahrudin Faiz,
  • Ridzki Rinanto Sigit

DOI
https://doi.org/10.31000/nyimak.v8i1.9240
Journal volume & issue
Vol. 8, no. 1
pp. 59 – 80

Abstract

Read online

This study aims to analyze the Sabda and Dawuh issued by Hamengkubuwono X, the monarch of the Yogyakarta Sultanate, regarding the appointment of the crown princess using the social judgment theory. A quantitative approach is employed to understand the community’s perceptions and actions towards these messages, exploring how the people of Yogyakarta interpret and respond to them by considering attitude perception, polarization, and acceptance latitude. This provides a deeper understanding of how these messages are received within the cultural and social context of Yogyakarta. The addition of Action to the Social Judgment Theory in researching Hamengkubuwono X ‘s Sabda and Dawuh regarding the appointment of the crown princess can involve examining the behavior or actions of the Yogyakarta community in response to the Sultan’s message. Over time, society realizes that Sabda and Dawuh can undergo shifts in their context. Social, cultural, and political changes that occur over time can influence the interpretation and application of Sabda and Dawuh from leaders or spiritual figures. Keywords: Social judgment, sabda, dawuh, crown princess ABSTRAK Studi ini bertujuan menganalisis menggunakan social judgment theory terkait dengan Sabda dan Dawuh yang dikeluarkan oleh Hamengkubuwono X, Sultan di Kesultanan Yogyakarta, tentang pengangkatan puteri mahkota. Pendekatan kuantitatif digunakan dalam penelitian ini untuk memperoleh pemahaman yang menyeluruh tentang persepsi dan tindakan masyarakat terhadap Sabda dan Dawuh. Terlihat bagaimana masyarakat Yogyakarta menafsirkan dan menyikapi Sabda dan Dawuh Sultan tentang pengangkatan puteri mahkota dengan mempertimbangkan persepsi sikap, polaritas sikap dan zona akseptansi. Hal ini dapat memberikan pemahaman yang lebih kaya tentang bagaimana pesan-pesan tersebut dipahami dan diterima dalam konteks budaya dan sosial masyarakat Yogyakarta. Jika action ditambahkan ke dalam Social Judgment Theory sebagai kebaruan dalam penelitian sabda dan dawuh Hamengkubuwono X tentang pengangkatan puteri mahkota, maka dapat melibatkan aspek perilaku atau tindakan yang dilakukan oleh masyarakat Yogyakarta sebagai respons terhadap pesan Sultan. Seiring perkembangan zaman, masyarakat menyadari bahwa Sabda dan Dawuh dapat mengalami pergeseran dalam konteksnya. Perubahan sosial, budaya, dan politik yang terjadi seiring waktu dapat mempengaruhi interpretasi dan penerapan sabda dan dawuh dari pemimpin atau tokoh spiritual. Kata Kunci: Penilaian, sabda, dawuh, puteri mahkota