Gema Teologika (Oct 2021)

Tinjauan Psiko-Teologis Terhadap Pengalaman Traumatik Seksual dan Panggilan Menjadi Pendeta

  • Pascalin Dwi Aprilia,
  • Yulius Yusak Ranimpi,
  • Handri Yonathan

DOI
https://doi.org/10.21460/gema.2021.62.675
Journal volume & issue
Vol. 6, no. 2
pp. 265 – 278

Abstract

Read online

Abstract In general, sexual harassment results in feelings of inferiority and humiliation, and even trauma for the individual who experiences it. Traumatic experiences resulting from sexual harassment will affect a person while serving a certain role in society, such as a minister. When the congregation wants a qualifi ed minister and without blemish, this requirement is contrary to the individual who has experienced sexual harassment and is considered as someone who is broken and bad. This study used a qualitative research method with a case study and designed in terms of phenomenology. The data were collected through interview techniques with the participant is a minister who has experienced sexual harassment. This study shows that sexual abuse experienced by the participant during the childhood period resulted in traumatic experiences. This affects various aspects of the participant’s live including the decision to become a minister. Trust in God and support from parents and the surrounding environment allow the participant to pass her traumatic experiences and make these experiences a source of strength to strengthen the congregation. Abstrak Pada umumnya, pelecehan seksual mengakibatkan perasaan rendah diri dan terhina bahkan trauma bagi individu yang mengalaminya. Pengalaman traumatik akibat pelecehan seksual akan memengaruhi seseorang ketika menjalani peran tertentu di masyarakat, misalnya pendeta. Ketika jemaat menginginkan sosok pendeta yang bermutu dan tidak bercela, keinginan ini bertentangan dengan diri individu yang pernah mengalami pelecehan seksual dan dianggap sebagai seseorang yang sudah hancur dan buruk. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan desain studi kasus dan ditinjau secara fenomenologis. Data diambil melalui teknik wawancara terhadap partisipan yang merupakan seorang pendeta yang mengalami pelecehan seksual. Penelitian ini menunjukkan bahwa pelecehan seksual yang dialami oleh partisipan pada periode anak-anak mengakibatkan pengalaman traumatik. Hal ini memengaruhi berbagai aspek kehidupan partisipan termasuk keputusan untuk menjadi seorang pendeta. Kepercayaan kepada Tuhan serta dukungan dari orang tua dan lingkungan sekitarnya membuat partisipan dapat menyelesaikan pengalaman traumatiknya dan menjadikan pengalaman tersebut sebagai sumber kekuatannya untuk menguatkan jemaat.

Keywords