Ranah: Jurnal Kajian Bahasa (Dec 2019)

Penggunaan Umpatan Thelo, Jidor, Sikem, Sikak sebagai Wujud Marah dan Ekspresi Budaya Warga Temanggung

  • Hamidulloh Ibda

DOI
https://doi.org/10.26499/rnh.v8i2.1293
Journal volume & issue
Vol. 8, no. 2
pp. 172 – 188

Abstract

Read online

This study aims to describe the utterances of thelo, jidor, sikem, and sikak as typical curses of Temanggung Regency, Central Java. This study chose Temanggung Regency as the location for data collection aimed at revealing the meaning of thelo swear, jidor, sikem, sikak in citizens' communication behavior. This study uses qualitative methods to maximize data collection by interview and observation. From the results of the study, researchers found the form of swear in Temanggung, which is in the form of words and inscriptions in the form of phrases. There are two purposes for using the utterances of thelo, jidor, sikem, sikak. First, as a form of anger or resistance to crime, anomalies, or kazaliman that afflict the citizens of Temanggung. When someone commits a crime on one of the residents, the citizen spontaneously pronounces thelo, jidor, sikem, or sikak based on his crime rate. Second, as a cultural expression to express pleasure, admiration, surprise, and wonder. The thelo, jidor, sikem, or sikak speeches are not spoken for committing a crime, instead as a form of protest against crime. When someone steals, people usually say thelo, jidor, sikem or sikak for the incident. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan ujaran thelo, jidor, sikem, dan sikak sebagai umpatan khas Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Penelitian ini memilih Kabupaten Temanggung sebagai lokasi pengambilan data ini bertujuan untuk mengungkap makna umpatan thelo, jidor, sikem, sikak dalam perilaku komunikasi warga. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif untuk memaksimalkan pengumpulan data dengan wawancara dan observasi. Dari hasil penelitian, peneliti menemukan bentuk umpatan di Temanggung, yaitu berupa kata dan makian berbentuk frasa. Ada dua tujuan penggunaan ujaran thelo, jidor, sikem, sikak. Pertama, sebagai bentuk marah atau perlawanan atas kejahatan, anomali, atau kazaliman yang menimpa warga Temanggung. Ketika ada orang melakukan kejahatan pada salah satu warga, maka warga secara spontanitas mengucapkan thelo, jidor, sikem, atau sikak berdasarkan tingkat kejahatannya. Kedua, sebagai ekpresi budaya untuk mengekspresikan rasa senang, kagum, terkejut, dan heran. Ujaran thelo, jidor, sikem, atau sikak tidak diucapkan untuk melakukan kejahatan, justru sebagai bentuk protes terhadap kejahatan. Ketika ada orang mencuri, maka warga biasa mengucap thelo, jidor, sikem, atau sikak atas kejadian tersebut.

Keywords