Jurnal Kajian Seni (Nov 2021)
Rhoma Irama: Konstruksi dan Reproduksi Tubuh Sang Raja Dangdut
Abstract
This article deals with the relationship between construction and reproduction in dangdut music, particularly Rhoma Irama. The impact of Rhoma Irama's dangdut construction stimulates the reproduction space of listeners with various creativity through the medium of the body. Power became the main capital in perpetuating construction and reproducing the figure of Rhoma Irama. I would like to discuss the 'fake' body or fake singer phenomena to read construction and body relations. In my opinion, the phenomenon of the fake body in music practice is not just a fandom pattern or for purely economic reasons, but an intertwined form of construction and power. This reproduction makes the construction scheme even more attractive. To disclose the problem, I refer to Michel Foucault for power relations in discussing this practice. This article uses a literature study and ethnography to provide a holistic analysis of the constellation of culture through musical practice. The findings of this article articulate the pattern and power negotiation between Rhoma Irama and the agents—such as listeners, fans, or other dangdut musicians. This article provides an important concern for body reading in the anthropological world of popular music. Artikel ini membahas relasi antara konstruksi dan reproduksi dalam musik dangdut, khususnya merujuk pada Rhoma Irama. Secara lebih lanjut, dampak konstruksi dangdut Rhoma Irama yang menstimulasi ruang reproduksi dari pendengar dengan beragam kreativitas melalui medium tubuh. Kuasa menjadi modal utama dalam melanggengkan konstruksi dan mereproduksi kembali figur Rhoma Irama. Dengan menautkan beberapa fenomena besar atas tubuh ‘palsu’ atau penyanyi palsu, pembacaan relasi tubuh dan konstruksi menjadi perhatian utama. Bagi saya, fenomena tubuh palsu dalam praktik musik bukan sekedar pola fandom atau guna alasan ekonomi semata, melainkan wujud yang berkelindan atas konstruksi dan kuasa. Pilihan-pilihan reproduksi tersebut lantas membuat skema konstruksi menjadi semakin menarik. Dalam mengartikulasikan relasi tersebut, saya merujuk Michel Foucault atas relasi kuasa dalam membahas praktik tersebut. Dengan menggunakan mix-metode antara studi literatur dan etnografi, artikel ini memberikan satu analisis yang holistik dalam menyingkap konstelasi budaya melalui praktik musik. Temuan dari artikel ini akan mengartikulasikan bahwa alasan reproduksi terjalin karena adanya tarik ulur kuasa antara Rhoma Irama dan pelaku reproduksi—baik pendengar, penggemar, ataupun pelaku musik dangdut lainnya. Artikel ini memberikan satu perhatian penting atas pembacaan tubuh dalam jagad musik populer secara antropologis.
Keywords