Jurnal Ekonomi & Studi Pembangunan (Apr 2012)
KESEDIAAN MEMBAYAR MITIGASI BANJIR DENGAN PENDEKATAN CONTINGENT VALUATION METHOD
Abstract
Abstract: The aim of this research is identified, mapping flooded areas in eks karesidenan surakarta, and performs analysis of flood disaster mitigation. The analysis used is geography information systems and contingent valuation methods. by calculating the willingness to pay (WTP) to reduce the risk of flood disaster and the factors that affect the WTP. The subject of this research are farmers in the basin of the river Bengawan Solo River in Klaten, Sukoharjo, Karanganyar and Sragen. The result showed that variable income, age, education and the number of members of the family has influence significantly to a willingness to pay, perform the act of mitigating flood, and the average willingness to pay farmers/ respondents only between rp.250.000-rp.500.000 for flood mitigation. Respondents/ farmers in the Bengawan Solo River basin if having flooded, they suffered losses farming production, an average of 50% of the normal production. Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi, melakukan pemetaan daerah rawan banjir di eks karesidenan Surakarta, serta melakukan analisis mitigasi bencana banjir. Alat analisis yang digunakan adalah Sistem Informasi Geografi dan contingent valuation methods, dengan menghitung besarnya willingness to pay (WTP) untuk mengurangi risiko bencana banjir dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap WTP. Subjek penelitian ini adalah petani di daerah aliran sungai Bengawan Solo di wilayah Kabupaten Klaten, Sukoharjo, Karanganyar dan Sragen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel pendapatan, usia, pendidikan dan jumlah anggota keluarga mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kesediaan untuk membayar, melakukan tindakan mitigasi bencana banjir, dan angka kesediaan untuk membayar (WTP) rata-rata petani/ responden hanya antara Rp.250.000-Rp.500.000 untuk mitigasi banjir. Responden/ petani di daerah aliran sungai Bengawan Solo jika mengalami kebanjiran, mereka mengalami kerugian produksi usaha taninya, rata-rata 50% dari hasil produksi normal.