Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan (Mar 2017)

KEUNGGULAN KOMPARATIF HASIL HUTAN BUKAN KAYU DARI HUTAN TANAMAN

  • Satria Astana,
  • M Zahrul Muttaqin,
  • J T Yuhono

DOI
https://doi.org/10.20886/jpsek.2004.1.1.31-44
Journal volume & issue
Vol. 1, no. 1
pp. 31 – 44

Abstract

Read online

Pasokan kayu dari hutan alam diperkirakan akan terus menurun dan di masa mendatang diharapkan akan digantikan oleh hutan tanaman. Apabila hutan tanaman tidak berkembang sesuai dengan harapan, pertanyaan nya adalah apakah hasil huran bukan kayu dapat menggantikan? Jawaban atas pertanyaan tersebut diantaranya bergantung pada apakah hasil hutan bukan kayu sekurang-kurangnya memiliki keunggulan komparatif yang sama dengan kayu bulat dari hutan tanaman. Hasil hutan yang dikaji adalah gondorukem, terpentin dan minyak kayu putih. Penelitian dilaksanakan pada tahun 1999. Untuk gondorukem dan terpentin, penelitian dilaksanakan di Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bandung Utara, Pekalongan Timur dan Lawu DS, sedangkan untuk minyak kayu putih di Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) lndramayu, Gundih dan Madiun. Keunggulan komparatif ketiga hasil hutan tersebut dihitung dengan menggunakan metode Biaya Sumberdaya Domestik (BSD). Dengan menggunakan data sekunder tahun 1998, hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga komoditas yang diteliti memiliki keunggulan komparatif yang relatif tinggi, ditunjukkan oleh nilai koefisien BSD-nya yang relatifrendah. Koefisien BSD gondorukem berkisar antara 0,35-0,59, terpentin 0, 10-0, 13 dan minyak kayu putih 0,54-0, 71. Gondorukem masih memiliki keunggulan komparatif jika harga ekspornya menurun dari harga ekspor tertinggi (US$ 437/ton) menjadi US$ 153/ton atau menurun 64,99%, dan terpentin dari harga ekspomya tertinggi (US$ 325/ton) menjadi US$ 35/ton atau menurun 89,23%, serta minyak kayu putih dari harga ekspomya tertinggi (US$ 4938/ton) menjadi USS 2874/ton atau menurun 41,80%. Memperhatikan koefisien BSD-nya yang relatif rendah dan perkembangan harga pada periode 1994 - 1998, prospek ekspor ketiga komoditas tersebut di masa datang diperkirakan relatif tetap baik. Perkembangan harga gondorukem cenderung meningkat (1,35%-1,74%) dan terpentin juga cenderung meningkat ( 14,39%-16,54%). Sebaliknya, perkembangan harga minyak kayu putih tidak diketahui secara pasti, tetapi jika harganya less-distortive diperkirakan juga memiliki prospek yang baik di masa datang. Direkomendasikan untuk melakukan penelitian keunggulan komparatifhasil hutan bukan kay u yang lain, terutama yang tumbuh di luar Jawa.

Keywords