Sejarah dan Budaya: Jurnal Sejarah, Budaya, dan Pengajarannya (Jun 2021)

ADA YANG MANIS DI TIMUR NUSANTARA? KOSMOPOLITANISME TANAMAN TEBU DALAM HISTORIOGRAFI INDONESIA

  • Ronal Ridhoi

DOI
https://doi.org/10.17977/um020v15i12021p164-182
Journal volume & issue
Vol. 15, no. 1
pp. 164 – 182

Abstract

Read online

This paper tries to remind readers about the history of sugarcane in the archipelago and its transnationalization. This crop, which is actually endemic on Eastern Indonesia, was famous in the market world since Europeans "introduced" it to the archipelago, especially in Java. So, a simple questions, is the sugarcane originated from Indonesia? Where did it come from? To what extent this crop become cosmopolitan and what are the socio-ecological impacts in Indonesia? By using historical methods and a cosmopolitanism point of view, the author finds the fact that the mainland of Papua (Indonesia and New Guinea) had been domesticated sugarcane for thousand years Before Christ. Sugarcane was transnationalized to various parts of the world until it was brought back to the archipelago by European traders. Later, this crop became the largest funds contributor to the Dutch East Indies during the colonial period due to the massive development of the sugar industry in Java Tulisan ini mencoba untuk mengingatkan kembali para pembaca tentang sejarah tanaman tebu di Nusantara dan proses transnasionalisasinya. Tanaman yang sebenarnya endemik di Indonesia bagian Timur ini kemudian menjadi primadona di pasaran dunia sejak orang-orang Eropa “memperkenalkan” di Nusantara, khususnya di Jawa. Pertanyaan yang muncul, apakah tebu bukan tanaman asli Indonesia? Dari mana asal tanaman tersebut? Sejauh mana tanaman ini menjadi kosmopolit dan apa implikasinya terhadap kondisi sosio-ekologi di Indonesia? Dengan menggunakan metode sejarah dan sudut pandang kosmopolitanisme, penulis menemukan fakta bahwasanya daratan Papua (Indonesia dan New Guinea) sudah melakukan domestifikasi tebu sejak ribuan tahun sebelum Masehi. Tebu mengalami transnasionalisasi ke berbagai belahan dunia sampai kemudian dibawa kembali ke Nusantara oleh para pedagang Eropa. Tanaman ini kemudian menjadi penyumbang devisa terbesar untuk negara Hindia Belanda masa kolonial karena perkembangan industri gula yang masif di Jawa.

Keywords