Informasi (Dec 2017)
Mapping Digital Fluency in Diverse Socio-Economic Status of Citizens of DKI Jakarta 2017
Abstract
The loss of Ahok-Djarot, incumbent candidate pair, in the second round of gubernatorial election was allegedly related to the spread of digital disinformation. In addition, racial and religious sentiments in the society of DKI Jakarta have been fathomed evident in the last election. The phenomenon has driven a study on digital fluency in diverse socioeconomic status (SES) for example age, gender, religion, ethicity, religiousity, level of education and level of income in family. Survey was conducted to 189 voters of DKI Jakarta. Results show that respondents from different socioeconomic background have diverse digital fluency with the widest gaps occurred between people from lowest and highest level of religiosity, income and education. Respondents from different gender, age generation and religion background do not have considerable fluency gaps. However, using pearson correlational analysis, only level of income and education that predicts digital fluency level. Fenomena kekalahan Ahok-Djarot pada putaran kedua Pilgub DKI Jakarta tersebut ditengarai mudahnya warga termakan informasi digital bohong. Selain itu, sentimen ras dan agama di masyarakat DKI Jakarta yang selama ini bagaikan api dalam sekam dianggap terbukti pada Pilgub DKI terakhir. Fenomena tersebut mendorong dilakukannya riset mengenai tingkat kefasihan digital pada beragam status sosial ekonomi. Status sosial ekonomi yang dimaksud dalam konteks riset ini adalah ialah usia, gender, agama, etnis, tingkat kesalehan beragama, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan dalam keluarga. Survei diselenggarakan terhadap 189 pemilih di DKI Jakarta. Temuan menunjukkan bahwa responden yang berlatar belakang beragam sosio ekonomi memiliki keragaman kefasihan digital pula dengan kesenjangan kefasihan tertinggi terjadi di antara kelompok responden berkelas tertinggi dan terendah di tingkat kesalehan, pendapatan dan pendidikan. Responden dari gender, generasi usia dan agama yang berbeda tidak menunjukkan kesenjangan fluensi yang patut dipertimbangkan. Selain itu, dengan menggunakan analisis korelasional, hanya level pendapatan dan pendidikan yang mempengaruhi level kefasihan digital
Keywords