Jurnal Sosiologi Reflektif (Nov 2017)
NAHDLATUL UlAMA (NU) DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL: Studi Kasus pada PEMILUKADA di Kabupaten Sumenep Tahun 2010
Abstract
Nahdlatul Ulama (NU) plays an important role in various aspects of Indonesians’ life. In a political sphere, NU had became a respected political party. Eventually, NU decided to withdraw from politics through the declaration of khittah, which was mandated by the National Alim Ulama NU meeting at Pondok Pesantren Salafiah Syafi’iyah Sukorejo, Situbondo, East Java on 13-16 Rabi’ul Awwal 1404 H / 18-21 December 1983 M. However, this declaration is not immediately release its’ cadres not to plunge in the political stage. Nowadays, many NU cadres occupying important positions both in local and the central government. Therefore, it is interesting to observe how local elite of NU in Sumenep during the local election contribute to shape political dynamics in the region. This research using qualitative research method by employing interpretive and naturalistic approaches to the subject of study. The key informants for this research are those who actively engage in politics, especially the elites of the NU and their followers. This study found that there are continuity relations between the NU elites who take part in practical political stage and those who are behind the political stage. In addition, the battle of several candidates for government position among the local elites of NU pushed the blessing of kyai away from the significant factor of voters to decide whom they had chosen in the last election. NU (Nadlatul Ulama) berperan penting dalam berbagai kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam ranah politik, NU pernah menjadi sebuah partai besar yang disegani. Akhirnya ia memilih keluar dari lingkaran percaturan pilitik praktis melalui khittah NU 1926 yang dipuruskan melalui musyawarah Nasional Alim Ulama NU di Pondok Pesantren Salafiah Syafi’iyah Sukorejo, Situbondo, Jawa Timur pada tanggal 13-16 Robi’ul Awwal 1404 H/18-21 Desember 1983 M. Sejak saat itu NU dan politik terpisah secara praktis. Namun demikian tidak dengan serta merta melepas para kader-kadernya untuk tidak terjun di panggung politik. Saat ini telah banyak kader NU menduduki posisi penting baik di pemerintahan daerah hingga pemerintahan pusat. Hal tersebut tentunya tidak terlepas dari background rumah asal mereka sebagai golongan nahdliyin. Begitu pula yang terjadi di daerah Kabupaten Sumenep. Sejak pemilihan umum secara langsung tidak sedikit kader NU duduk di pemerintahan lokal sebgai DPRD ataupun kepala pemerintah daerah (bupati). Yang menjadi persoalan utama di sini ialah tidak hanya mereka yang menang merebut kuasa, namun lebih pada bagaimana pengaruh elite lokal NU dalam dinamika Pemilukada di Kabupaten Sumenep terutama pada tahun 2010. Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, yang memfokuskan diri pada perhatian dengan berbagai metode mencakup pendekatan interpretatif dan naturalistik terhadap subjek kajiannya. Sedangkan lokasi penelitian ialah di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. Sasaran penelitian masyarakat Sumenep dan elite NU Kabupaten Sumenep. Walau penelitian berlangsung selama satu bulan penelitian termasuk prelimenary research. Dalam penelitian ini ditemukan beberapa rangkaian kesinambungan antara elite NU yang berkiprah di panggung politik praktis dan mereka yang berada di belakang panggung. Selain itu pertarungan beberapa calon kepala pemerintahan yang nota bane adalah rata-rata sebagai warga nahdliyin tidak menjadikan pengaruh atau restu kiai sebagai alasan utama pemilih pada Pemilukada tahun 2010 memilih calon yang dikehendaki. Key words: NU, Local Election, Kyai, and Politics.