Health Science Journal of Indonesia (Jul 2012)
Higher risk of probable mental emotional disorder in low or severe vision subjects
Abstract
Latar belakang: Gangguan penglihatan berat dan kebutaan, belum menjadi prioritas masalah kesehatan di Indonesia, dapat menimbulkan gangguan mental emosional. Pada tulisan ini disajikan penilaian gangguan mental emosional yang berkaitan dengan gangguan penglihatan berat. Metode: Analisis ini menggunakan sebagian data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007. Subjek untuk keperluan analisis ini ialah yang berusia 15 tahun atau lebih. Gangguan mental emosional diukur dengan Self Reporting Questionnaire (SRQ) 20. Subjek yang mungkin menderita gangguan mental emosional, jika hasil SRQ sebesar 6 atau lebih, dan sebaliknya. Tajam penglihatan ditentukan berdasarkan tes Snellen chart. Visus normal/ringan ialah 20/20 to 20/60, visus rendah ialah kurang dari 20/60-3/60, sedangkan buta dengan visus kurang dari 3/60 sampai 0/0. Hasil: Di antara 972,989 subjek data Rskesdas 2007 terdapat 46,7% (554,886) yang berusia 15 tahun atau lebih. Subjek yang menderita gangguan mental emosional sebesar 11,4% (63,279/554,886), prevalensi visus rendah sebesar 5,1% dan kebutaan 0,9%. Subjek yang menderita visus rendah dibandingkan subjek yang normal atau dengan gangguan tajam penglihatan ringan mempunyai 75% lebih besar menderita risiko gangguan mental emosional [risiko relatif (RRa)=1,75; 95% interval kepercayaan (CI)=1,71-1,79]. Sedangkan subjek yang buta dibandingkan subjek yang normal atau dengan gangguan tajam penglihatan ringan mempunyai risiko 2,7 kali lipat menderita gangguan mental emosional (RRa= 2,69; 95% (CI)=2.60-2.78). Kesimpulan: Subjek dengan gangguan penglihatan makin berat mempunyai risiko menderita gangguan mental emosional. Oleh karena itu subjek yang menderita gangguan penglihatan berat perlu diperhatikan mental emosionalnya. (Health Science Indones 2011;2:9-13) Abstract Background: Severe visual impairments are able to induce psychological stress, especially among adults, which may stimulate mental emotional disorder (MED). Eye health problems are not a health problem priority in Indonesia. This paper presents an assessment of severe visual impairments related to the risk of MED. Methods: This paper assessed a part of Basic Health Research (Riskesdas) 2007 data. For this assessment, subjects 15 years old or more had their visual acuity measured using the Snellen chart and their mental health status determined using the Self Reporting Questionnaire (SRQ) 20. A subject was considered to have probable MED if the subject had a total score of 6 or more on the SRQ. Based on the measure of visual acuity, visual acuity was divided into 3 categories: normal/mild (20/20 to 20/60); low vision (less than 20/60 to 3/60); and blind (less than 3/60 to 0/0). Results: Among 972,989 subjects, 554,886 were aged 15 years or older. 11.4% of the subjects had probable MED. The prevalence of low vision and blindness was 5.1% and 0.9%, respectively. Compared to subjects with normal or mild visual impairments, subjects with low vision had a 74% increased risk for probable MED [adjusted relative risk (RRa)=1,75; 95% confidence interval (CI)=1,71-1,79]. Blind subjects had a 2.7-fold risk to be probable MED (RRa=2.69; 95% CI=2.60-2.78] compared to subjects with normal or mild visual impairments. Conclusion: Visual impairment severity increased probable MED risk. Therefore, visual impairment subjects need more attention on probable MED. (Health Science Indones 2011;2:9-13)