Jurnal Teknik ITS (Dec 2015)
Desain Pabrik Synthetic Gas (Syngas) dari Gasifikasi Batu Bara Kualitas Rendah sebagai Pasokan Gas PT Pupuk Sriwidjaja
Abstract
Menurut data dari Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tahun 2013, cadangan gas bumi Indonesia saat ini sebesar 170 TSCF dan akan habis dalam kurun waktu 59 tahun, dengan estimasi tidak ada peningkatan atau penurunan produksi. Di lain pihak, industri-industri kimia di Indonesia, semisal industri pupuk, sangat mengandalkan pasokan gas alam sebagai bahan baku pupuk maupun sumber energi. Permasalahan utama yang dihadapi industri pupuk dewasa ini adalah kurangnya pasokan gas alam untuk proses produksi. Di PT Pupuk Sriwidjaja misalnya, kebutuhan gas alam rata-rata untuk proses produksi amonia dan urea mencapai 225 MMSCFD. Namun, pasokan gas dari Pertamina selalu kurang dari jumlah tersebut. Karena selalu berulang, maka hal ini akan mengganggu kinerja PT Pupuk Sriwidjaja sebagai garda terdepan pertahanan pangan nasional bersama petani. Salah satu jenis sumber daya alam yang potensial mengganti dan atau mensubtitusi pemakaian gas alam adalah Synthetic Gas (Syngas). Syngas merupakan gas campuran yang komponen utamanya adalah gas karbon monoksida (CO) dan hidrogen (H2) yang dapat digunakan sebagai bahan bakar dan juga dapat digunakan sebagai bahan baku dalam proses pembuatan zat kimia baru seperti metana, amonia, dan urea. Syngas dapat diperoleh dari proses gasifikasi batu bara dimana batu bara diubah dari bentuk padat menjadi gas. Batu bara yang merupakan bahan baku pembuatan syngas jumlahnya sangat melimpah di Indonesia. Menurut data dari Kementrian ESDM tahun 2011, total sumber daya batu bara di Indonesia diperkirakan 119,4 miliar ton, dimana 48%-nya terletak di Sumatera Selatan dan 70% deposit batu bara di Sumatera Selatan tersebut adalah batu bara muda berkualitas rendah. Deposit batu bara terbesar di Sumatera Selatan terletak di Kab. Muara Enim yang letaknya tidak terlalu jauh dengan PT Pupuk Sriwidjaja. Ditambah lagi dengan adanya PT Bukit Asam sebagai produsen terbesar batu bara di Kab. Muara Enim tentu akan mempermudah pasokan batu bara sebagai bahan baku pabrik. Oleh karena itu, pabrik akan didirikan di Tanjung Enim, Kab. Muara Enim, Sumatera Selatan. Pabrik akan didirikan tahun 2017 dan siap beroperasi tahun 2019. Pabrik yang didirikan diharapkan mampu mensubstitusi 40% kebutuhan gas alam PT Pupuk Sriwidjaja sebesar 88 MMSCFD atau sekitar 29.000 MMSCF per tahun. Proses pembuatan syngas dari batu bara kualitas rendah terdiri dari tiga proses utama, yaitu persiapan batu bara, gasifikasi batu bara, dan pemurnian gas hasil gasifikasi. Dari analisa perhitungan ekonomi diperoleh Total Cost Investment (TCI) sebesar 121.170.377,3USD, Internal Rate of Return (IRR) sebesar 27,48%, Pay Out Time (POT) selama 3,47 tahun, dan Break Event Point (BEP) sebesar 45,05%. Kata Kunci — batu bara, gasifikasi, gas alam, synthetic gas