Jurnal Geografi (Aug 2020)

ANALISIS POLA SPASIAL PERSEBARAN KAWASAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DI KABUPATEN KARAWANG

  • Ranti Marinda,
  • Santun R.P. Sitorus,
  • Didit Okta Pribadi

DOI
https://doi.org/10.24114/jg.v12i02.17646
Journal volume & issue
Vol. 12, no. 02
pp. 161 – 173

Abstract

Read online

Kabupaten Karawang merupakan contoh wilayah yang menghadapi dualisme peran sebagai hinterland 2 kawasan metropolitan (Jabodetabek dan Cekungan Bandung) sekaligus sebagai salah satu lumbung padi nasional. Penetapan rencana tata ruang dan penetapan luasan serta lokasi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) telah dilakukan untuk merespon dualisme peran tersebut. Penetapan Kawasan LP2B menjadi menarik untuk diteliti, khususnya terkait persebaran pola spasialnya melalui metode autokorelasi spasial. Penelitian ini bertujuan untuk dapat menunjukkan pola hubungan atau korelasi antarlokasi, serta menganalisis faktor-faktor pendorong terjadinya korelasi tersebut. Analisis autokorelasi spasial yang dilakukan menghasilkan kesimpulan bahwa terdapat autokorelasi spasial bersifat positif dengan pola sebaran mengelompok (clustered), yang didefinisikan dalam 2 tipologi hubungan pengelompokan yaitu high-high dan low-low. Hubungan yang terjadi pada persebaran luasan Kawasan LP2B ini membuktikan adanya pengaruh rencana tata ruang dalam mengatur fungsi kawasan di Kabupaten Karawang. Penetapan Kawasan LP2B telah mengadaptasi perkembangan kutub-kutub pertumbuhan ekonomi non-pertanian secara keruangan, yang disesuaikan dengan penggunaan lahan saat ini. Kata kunci: autokorelasi spasial, kutub pertumbuhan ekonomi, LISA, LP2B, Moran’s Karawang Regency faces dualism as a hinterland of 2 metropolitans area (Jabodetabek and Cekungan Bandung), as well as a national rice barn. Determination of the spatial plan and determination of the extent and location of the distribution of Sustainable Food Agricultural Land (LP2B) has been carried out to respond the role dualism. The determination of LP2B area is interesting to study, especially in relation to the spatial pattern distribution through the spatial autocorrelation method. This study aims to be able to show the pattern of relationships or correlations between locations, and analyze the driving factors of correlation. Spatial autocorrelation analysis concluded that there is a positive spatial autocorrelation with clustered patterns, which are defined in 2 typologies of grouping relationships namely high-high and low-low. The relationship that occurred in the distribution of LP2B area proved the influence of spatial plan in regulating the function of area in Karawang Regency. Establishment of the LP2B Area adapted non-agricultural economic growth poles, which are adapted to current land use. Key words: spatial autocorrelation, economic growth poles, LISA, LP2B, Moran’s