Journal of Urban Society's Arts (Nov 2014)
Perkembangan Tari Pajaga Gilireng: Sebuah Kreativitas Sanggar Tomaradeka di Kabupaten Wajo, Provinsi Sulawesi Selatan
Abstract
Perkembangan sanggar tari dari Pajaga Gilireng ke Tomaradeka Wajo adalahperkembangan tari yang juga disebut Pajaga Gilireng tetap menjaga substansidasar tarian. Beberapa perubahan dalam bentuk gerak hanyalah perkembanganbertujuan untuk menghilangkan kesan tunggal bahwa gerakan disesuaikan denganperkembangan zaman. Sanggar Tari Pajaga Gilireng yang juga disebut Maradekadiatur untuk mendukung pertunjukan rutin, pernikahan orang biasa, dan untukwisatawan. Sementara pada awal mula, tarian Pajaga Gilireng hanya dilakukandi istana untuk penjemputan tamu penting kerajaan, dan pernikahan putra raja.Perkembangan sanggar tari dari Pajaga Gilireng ke Maradeka meliputi berbagaimappanetta, mappakaraja, marrongko, mabbetta, dan mallebu/massingkeruang.Kostum yang digunakan adalah pakaian khas Sulawesi Selatan dan penggunaansenjata properti (parang) dan kaliao (perisai). The Development of Pajaga Gilireng Dance A Creativity of TomaradekaDance Studio in Rajo Regency, South Sulawesi Province. Dance Studio versionPajaga Gilireng Tomaradeka Wajo is the development of dance Pajaga Gilireng everwhile maintaining the basic substance of dance. Some changes in range of motion ismerely a development aimed at eliminating and mono gerak impression tailored tothe times. Gilireng Pajaga Dance Studio version Maradeka To serve as a regular gigas the performances, weddings ordinary people, and pick up tourists. While at firstdance Pajaga Gilireng can only be performed in the palace as a royal guest pick-upmeans, the king’s son’s wedding. Dance Studio version Pajaga Gilireng To Maradekaconsists of various mappanetta, mappakaraja, marrongko, mabbetta, and mallebu/massingkeruang. Costumes used are typical attire of South Sulawesi and use the propertyweapon (machete) and kaliao (shield).