Amerta Nutrition (Nov 2023)

KARAKTERISTIK SPASIAL DAERAH PENENTU TERJADINYA STUNTING DI SUMATERA SELATAN

  • Ahmad Sadiq,
  • Susyani Susyani,
  • Fatmalina Febry,
  • Indah Purnama Sari,
  • Sartono Sartono,
  • Indah Margarethy,
  • Tanwirotun Ni’mah

DOI
https://doi.org/10.20473/amnt.v7i4.2023.569-575
Journal volume & issue
Vol. 7, no. 4
pp. 569 – 575

Abstract

Read online

KARAKTERISTIK SPASIAL DAERAH PENENTU TERJADINYA STUNTING DI SUMATERA SELATAN Ahmad Sadiq*1, Susyani1, Fatmalina2, Indah Purnama Sari2,Indah Margarety3 Sartono1Tanwirotun Ni’mah3 1Poltekkes Kemenkes Palembang 2Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sriwijaya 3Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Baturaja Sumatera Selatan ABSTRAK Latar Belakang : Prevalensi stunting di Indonseisa 30,8% (2018) melampaui batas WHO. Stunting disebabkan banyak faktor yaitu langsung dan tidak lansung meliputi keluarga dan rumah tangga, asupan gizi yang tidak adekwat, asi ekslusif, infeksi dan faktor sosial. Stunting berpotensi terhadap perkembangan kognitif dengan dampak jangka panjang risiko terkena penyakit kronis, keterbelakangan mental, rendahnya kemampuan belajar . Tujuan : Mengidentifikasi faktor penentu terjadinya stunting pada level kabupaten/kota di Sumatera Selatan Metode : Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional. Sumber data utama berasal dari Riskesdas 2018 yaitu data individu, rumah tangga, Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM) 2018. Data spasial kabupaten/kota bersumber dari BPS . Analisis data univariat, bivariat, dan multivariat dengan uji regresi logistik untuk melihat hubungan dan variabel penentu. Hasil Jumlah responden 2.272 anak, prevalensi stunting 31,2% . Sebanyak 52,5% daerah berawa, endemis malaria (API) 31,6% , laju produk domestik bruto (LPDB) rendah 32% dan laju pertumbuhan penduduk tinggi (LPP) 32%. Stunting terdapat di daerah dengan IPKM rendah 32,8. Data spasial yang berhubungan dengan stntuing adalah daerah rawa dengan nilai p=0,001 PR=1,230 (1,088-1,390 95% CI). Variabel penentu dengan kejadian stunting yaitu rawa nilai p = 0,000. Nilai OR 1,49 . Daerah tidak berawa berisiko 1, 479 kali lebih tinggi memiliki balita stunting dibandingkan dengan daerah rawa setelah dikontrol variabel API, IPKM dan LPP (95% CI 1,208-1,788). Kesimpulan : Stunting secara tidak langsung berkaitan dengan georgrafi dan faktor sosial . Hal ini penting dalam merumuskan kebijakan pembangunan kesehatan di kabupaten kota Kata Kunci : stunting, malaria, IPKM, daerah rawa

Keywords