SPAFA Journal (May 2022)
The Vāstu Order as an Alternative Concept for Analysing Javanese Temple Architecture | Tatanan Vāstu sebagai Konsep Alternatif untuk Menelaah Arsitektur Candi Jawa
Abstract
This paper focuses on the architectural order of ancient Javanese temples. Contemporary writings often use a tripartite order to conceptualize Javanese temple architecture, which divide the edifice into three parts consisting of head, body, and feet. However, the overgeneralized nature of the order does not accurately represent the complexities of Javanese temples which contain diverse architectural elements. This has made discussion of Javanese temple architectural traits somewhat limited and undetailed. Further, the textual basis of this order is questionable. The concept has not been found in authentic Old Javanese source and only attested in modern sources as a conjecture. To support more nuanced discussion of Javanese temple architecture, the author proposes an alternative architecture order, dubbed the “vāstu order”. This order is created using an architectural-historical research method in analyzing historical architectural treatise and samples of Javanese temple. Samples are limited to Hindu temples from the Mataram era (8-11th centuries). Comparison that the authors have conducted find that the elevation of all samples can visually divided into seven parts of the vāstu order: upapīṭha, adhiṣṭhāna, pada, prastara, gala, śikhara, and stūpi. However, further inspection (using the temple’s head as an example) shows that each part has an unusual or even unprecedented architectural elaboration from the supposed Indian protype. This observation contributes to the notion that Javanese temples shows a complex amalgamation of various Indian architectural elements into a distinct creative form. This study demonstrates that a conceptual shift from the conventional tripartite order into a more refined vāstu order permitted more detailed observations in various architectural elements of Javanese temples. Applying and testing the vāstu order to other temples would perhaps yield a more robust architectural order that is useful in revealing the nature of Javanese temple architecture and its position within the web of cultural exchange between India and Southeast Asia. Tulisan ini berfokus pada tatanan (order) arsitektural candi Jawa. Tulisan kontemporer kerap menelaah arsitektur candi menggunakan tatanan triparti, yang membagi tampak candi ke dalam tiga bagian: badan, kepala, dan kaki. Meski umum digunakan, tatanan sederhana ini tidak merefleksikan secara akurat kompleksitas candi yang memiliki banyak elemen arsitektural. Akibatnya, upaya untuk menjabarkan ciri arsitektural candi cenderung terbatas dan tidak rinci. Dasar tekstual dari tatanan triparti juga dapat dipertanyakan. Konsep ini hanya ditemukan pada sumber modern dalam bentuk dugaan, dan belum ditemukan dalam sumber Jawa Kuno asli. Dalam rangka mendukung diskusi candi yang lebih rinci dan berbobot, penulis mengusulkan sebuah sistem tatanan baru, yang penulis sebut sebagai “tatanan vāstu.” Tatanan ini disusun menggunakan metode riset arsitektural-historis untuk menganalisis sastra arsitektural dan sampel candi. Sampel terbatas pada candi Hindu dari era Mataram Kuno (abad 8-11 M). Perbandingan yang penulis lakukan menunjukkan bahwa semua sampel candi dapat dibagi secara visual ke dalam tujuh bagian yang dimiliki tatanan vāstu: upapīṭha, adhiṣṭhāna, pada, prastara, gala, śikhara, dan stūpi. Namun begitu, pemeriksaan lebih jauh (menggunakan kepala candi sebagai contoh) menunjukkan bahwa tiap bagian memiliki elaborasi arsitektural yang cukup berbeda dengan elemen India yang diduga sebagai purwarupa. Pengamatan ini memperkuat pendapat bahwa arsitektur candi Jawa menunjukkan percampuran kompleks berbagai elemen arsitektural India menjadi suatu gubahan tersendiri. Kajian ini juga menunjukkan bahwa penggunaan sistem tatanan berbasis vāstu, alih-alih tripartit konvensional, memungkinkan penjabaran elemen arsitektur candi secara lebih rinci. Menerapkan dan menguji kesahihan tatanan vāstu pada candi lain ke depannya mungkin dapat menghasilkan order arsitektur baru yang lebih bermanfaat untuk menelaah arsitektur candi Jawa serta kedudukannya dalam jaring pertukaran budaya antar India dan Asia Tenggara.