Bhakti Persada: Jurnal Aplikasi Ipteks (Jul 2017)
PENGEMBANGAN WISATA TREKKING GUNUNG AGUNG DI DESA SELAT KARANGASEM
Abstract
Program Iptek bagi Masyarakat (IbM) ini bertujuan untuk mengatasi permasalahan dalam pengelolaan trekking Gunung Agung. Program ini dilakukan melalui: pelatihan manajemen usaha, pembuatan standard operational prosedure (SOP) perizinan mendaki, dan SOP pendakian Gunung Agung; pelatihan produk tambahan memanfaatkan sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM) setempat sebagai upaya pemberdayaan masyarakat; serta pelatihan pemasaran secara online melalui website “balimountagung.com”. Kabupaten Karangasem terletak di ujung timur Pulau Bali. Wilayahnya sebagian besar kering dan termasuk kabupaten termiskin di Bali. Wilayah kering tersebut sebagian besar berada di daerah Gunung Agung. Akan tetapi, wilayah sekitar Gunung Agung memiliki pesona yang luar biasa. Di samping sebagai kiblat spiritualitas umat Hindu, juga sebagai objek wisata. Kepopuleran Gunung Agung sebagai objek wisata trekking sudah terkenal sejak dahulu. Hal ini disebabkan karena Gunung Agung adalah gunung yang tertinggi di Bali dan tergolong masih aktif. Namun, sayang sekali tidak bisa ditemukan data yang akurat tentang jumlah pendakian sampai saat ini yang dilakukan wisatawan petualang pada kelompok usaha wisata trekking di Desa Selat, termasuk juga pada aparat pemerintahan tingkat desa dan kecamatan. Hal tersebut menjadi alasan utama program pengabdian ini. Desa Selat termasuk wilayah Kabupaten Karangasem, Propinsi Bali. Dari hasil wawancara dengan pelaku usaha wisata di desa tersebut tanggal 20 April 2013 dapat disimpulkan bahwa sesungguhnya objek wisata Gunung Agung memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan petualang. Pangsa pasar wisata trekking Gunung Agung yang tercatat sampai saat ini adalah Eropa, Amerika Serikat, dan Kanada. Tantangan dan keindahan jalur trekking Gunung Agung sudah dikenal di kalangan wisatawan petualang mancanegara. Pengelolaan usaha trekking ini masih lemah dan belum dirasakan manfaatnya oleh masyarakat di desa tersebut. Hal ini terjadi karena masyarakat kurang mampu menangkap peluang yang ada.