Jurnal Living Hadis (Oct 2018)
Menyikapi Fenomena Labelling Olok-olok Politik di Media Sosial Perspektif Hadis Nabi
Abstract
This article discusses the case of social labelling in social media in relation to recent political issues. This case is increasing among Indonesian people since 2014 general election up to date which gives bad effects to society. This article explains the case in more detail by using social sciences theories. Then it takes hadith as inspiration to solve the case by using paradigm method which is introduced by Kuntowijoyo. Users of netizen, practically, collaborates both of hadith and alquran to get comprehensive argument. In short, this article finds some ways to face the case of labelling in social media in relation to politic issues, people are communicating respectly with others; keeping good attitude in social media includes avoiding to give bad titles (labelling) to others; saying or doing nothing for unable to say or do good things; and supporting the candidates wisely to reject “fanaticsm”. Abstrak Artikel ini mendiskusikan problem sosial tentang labelling olok-olok politik di media sosial yang massif terjadi dewasa ini di tengah-tengah hiruk pikuk menyambut pesta demokrasi akbar Indonesia 2019. Gegap gempita masyarakat Indonesia dalam menjamu momentum “gadang” tersebut sangat luar biasa. Antusiasme tersebut patut diacungkan jempol. Namun di sisi lain, antusiasme berlebihan tersebut justru menimbulkan kegaduhan di media sosial yang berdampak di kehidupan nyata. Sebut saja perilaku labelling olok-olok politik antara simpatisan pendukung dari partai dan calon pemimpin. Perilaku labelling ini pada gilirannya menimbulkan gesekan dan perpecahan di masyarakat. Artikel inimeninjau fenomena tersebut dari perspektif ilmu sosial (labelling theory, sensate culture theory dan tindakan sosial). Kemudian tulisan ini menggali inspirasi-inspirasi hadis nabi untuk menyikapi fenomena ini dengan pendekatan teori Paradigma Kuntowijoyo di mana hadis dijadikan sebagai paradigma. Dalam menyikapi labelling olok-olok politik di media social artikel ini menemukanetika baik dalam berkomunikasi seperti memberikan label atau julukan yang baik, berkata positif, diam, dan mendukung (mencintai calon pemimpin) sewajaranya agar tidak jatuh ke dalam sikap fanatisme buta.
Keywords