El-Sunnah (Jun 2022)

ETIKA MUHADDITS PERSPEKTIF IMAM AN-NAWAWI

  • Aidul Hijriyah,
  • Qurrata Ayun,
  • Novizal Wendry

DOI
https://doi.org/10.19109/elsunnah.v2i2.11938
Journal volume & issue
Vol. 3, no. 2

Abstract

Read online

Artikel ini bertujuan untuk mengeksplorasi etika muhaddis menurut Imam Nawawi. Hal ini dilatari oleh intensitas Imam Nawawi sebagai tokoh hadis. Imam Nawawi sangat terkenal dengan pemikirannya mengenai etika seorang guru dan murid yang sampai sekarang masih eksis digunakan bahkan selalu menjadi pusat perhatian dalam dunia pendidikan. Begitu juga dengan dunia hadis sangat diperlukan etika dalam belajar hadis. Dengan demikian, penulis tertarik untuk meneliti pemikiran Imam Nawawi mengenai etika guru dan murid yang direalisasikan ke dalam hadis, yang menurut penulis sangat berguna bagi para pelajar hadis. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik deskriptif dengan jenis penelitian Library Research. Teknik mengumpulkan data dilakukan dengan cara mengumpulkan data dari berbagai literer yang kemudian di analisa dengan metode content analysis, deskriptif. Penelitian ini menemukan bahwa etika pertama adalah muhaddis harus mencantumkan etika dalam diri mereka sendiri yaitu harus memiliki niat yang ikhlas, selalu berusaha membersihkan hati dari kotoran, selalu menjaga muruahnya, menjauhi dan meninggalkan sifat-sifat tercela, istiqamah dalam beribadah, memiliki tujuan beribadah hanyalah mencari ridha Allah swt., tidak boleh semena-mena dan menganggap remeh dalam menggunakan ilmu yang didapatkannya, memperhatikan stylenya dalam berpakaian, dan harus mampu memanegamen 2 aktivitas dalam kehidupannya yakni aktivitas keilmuan dan dan beribadah. Etika kedua adalah etika saat menerima hadis yang meliputi niat ikhlas, rela dan ikhlas melakukan rihlah dalam mencari hadis, mampu menghilangkan segala hal yang bisa meracuni konsentrasi belajarnya, harus selalu memiliki sifat rendah hati, harus menampakkan kefokusan dalam belajar, harus belajar kepada syekh yang memiliki jalur sanad yang jelas, menghormati dan mencari keridhaan syekhnya, harus beretika pada saat proses belajar dan menerima hadis berlangsung (dalam majelis), tidak menyia-nyiakan waktunya. Etika ketiga adalah etika Syekh saat menyebarkan hadis yang terbagi dua yaitu saat belajar yakni harus bersungguh-sungguh terhadap segala aktivitas keilmuannya, selalu terus memperdalam ilmu hadisnya, tekun membaca, mencari hal-hal baru dan melakukan penelitian-penelitian, tidak pernah merasa senior, bersikap spotrif, bersifat rendah hati serta berhati-hati dalam menuliskan sesuatu. Dan saat menyebarkan hadis yaitu niat hanya karena Allah swt, tidak menghalangi siapapun yang hendak belajar dan menerima hadis darinya, memberikan pelajaran hadis secara bertahap dan, mencintai ilmu hadis yang diajarkannya, peduli terhadap keadaan murid-muridnya, senantiasa semangat dan serius ketika memberikan materi hadis, dan bisa memanagemen waktu mengajar, ruangan kelas, mengontrol suasana kelas agar tidak jenuh.