Jurnal Yaqzhan: Analisis Filsafat, Agama dan Kemanusiaan (Jun 2021)

MAKNA RITUAL KLIWONAN TAREKAT ASY SYAHADATAIN DI DESA PANGURAGAN WETAN KECAMATAN PANGURAGAN KABUPATEN CIREBON

  • Bisri,
  • Sandra Yulia

DOI
https://doi.org/10.24235/jy.v7i1.7888
Journal volume & issue
Vol. 7, no. 1
pp. 16 – 28

Abstract

Read online

Ritual kliwonan merupakan tradisi yang dilakukan tarekat Asy-Syahadatain secara turun temurun, selain kegiatan pengajian dan tawasulan. Ritual kliwonan dilaksanan setiap satu bulan sekali yaitu pada hari Kamis yang bertepatan malam Jum’at kliwon. Penelitian ini selain menekankan pada “Bagaimana proses ritual kliwonan tarekat Asy Syahadatain, juga menggali tentang apa makna dari ritual kliwonan tersebut bagi jamaah Asy-Syahadatain”. Tujuan penelitian ini tidak hanya mendeskripsikan proses namun juga tentang makna dari ritual kliwonannya. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) dengan pendekatan fenomenologi. Adapun penelitian ini merujuk pada hasil wawancara, observasi dan dokumentasi. Pada penelitian ini, teori yang digunakan adalah teori Emile Durkheim mengenai konsep agama. Konsep Durkheim mengenai agama, pun tidak terlepas dari gagasannya tentang agama sebagai bagian dari fakta sosial. Maksudnya Durkheim mempunyai pandangan bahwa “fakta sosial” jauh lebih fundamental dibandingkan dengan fakta individu. Teori-teori yang dikemukakan Durkheim tentang agama mengenai Upacara Agama (Ritual). Totem merupakan simbol yang paling mudah dikenali oleh suku kelompok, totem merupakan lambang dari suku: perasaan-perasaan yang dibangkitkan oleh adanya kolektifitas yang menghubungkan diri dengan totem tersebut. Hasil penelitian ini menerangkan bahwa pada awalnya Abah Umar selaku guru mursyid dan pendiri awal tarekat Asy-Syahadatain melaksanakan pengajian rutin tiap malam jumat. Namun setelah beliau wafat, kemudian digantilah oleh penerusnya menjadi Kliwonan, namun pengajian mingguan tiap malam jumat tetap berjalan. Kliwonan dimulai dari ba’da Dzuhur yaitu sholat Dzuhur berjama’ah, wirid, ceramah, ziarah, kemudian dilanjut dengan sholat Ashar berjama’ah, pengajian. Makna daripada kliwonan tersebut ialah untuk selalu mengenang Guru mursyid Abah Umar dengan senantiasa menghidupkan dan meneruskan ajaran Asy-Syahadatain yang dibawakan oleh Abah Umar dalam mencapai upaya menuju jalan kepada Allah.

Keywords