Jurnal Anestesi Perioperatif (Jun 2020)
Hubungan Protein Carbonyl dengan Kejadian Kematian 28 Hari Pasien Sepsis di Ruang Rawat Intensif dan Resusitasi
Abstract
Kondisi sepsis yang memburuk dapat mengarah ke disfungsi multiorgan, syok, dan berujung pada kematian. Beberapa marker yang menandai kerusakan organ pada sepsis diantaranya penurunan kadar glutathione, peningkatan kadar malondialdyhide serum, dan protein carbonyl (PCO). Namun, konsentrasi PCO lebih dikaitkan dengan mortalitas pasien dengan syok sepsis yang dirawat di ruang rawat intensif dan resusitasi. PCO terbentuk lebih awal dan stabil dibandingkan produk peroksidasi lipid. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan kadar PCO dengan kematian pasien sepsis. Penelitian ini merupakan kohort retrospektif. Data penelitian merupakan data sekunder dari rekam medis Rumah Sakit Mohammad Hoesin (RSMH). Sampel penelitian adalah seluruh rekam medik pasien terdiagnosis sepsis dan dirawat di ruang kritikal RSMH Palembang selama periode Februari–Agustus 2019, yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil penelitian dianalisa dengan uji chi-square, Fisher’s Exact Test. Didapatkan 59 subjek penelitian yang memenuhi kriteria penelitian mayoritas berjenis kelamin laki-laki (50,8%), dirawat di ruang Resusitasi (57,6%), diagnosis medikal (62,7%), dan meninggal (67,8). Dari uji analisis ROC didapatkan bahwa cut-off point PCO terletak pada nilai >20,33 dengan sensitivitas sebesar 72,50% dan spesifisitas 84,21% dengan nilai Area Under Curve sebesar 0,735 yang menunjukkan bahwa PCO memiliki kemampuan memprediksi mortalitas yang kuat. PCO memiliki hubungan dengan kejadian kematian pasien sepsis di RSMH Palembang dan dapat dijadikan suatu biomarker untuk memprediksi tingkat mortalitas pada pasien sepsis.
Keywords