Millati: Journal of Islamic Studies and Humanities (Jun 2020)
Democratic Political Contestation: State, Islam and Media in Indonesia’s Reformative Era
Abstract
Pada 2 Desember 2018 jutaan Muslim di seluruh negeri berkumpul di Jakarta dan bertemu di jantung ibu kota Indonesia, Monumen Nasional dan sekitarnya (Monas). Ini bukan yang pertama karena setidaknya dua peristiwa serupa yang dikenal sebagai peristiwa 212 dan 411 pernah terjadi sebelumnya, juga di tempat yang sama. Meskipun, pertemuan itu dihadiri oleh tokoh-tokoh pemimpin agama terkemuka, dari pidato, simbol, dan pesan yang dikirim ke publik, lebih tepat disebut sebagai acara politik yang berdasarkan sentimen keagamaan daripada pertemuan atau ritual keagamaan. Tujuan akhir dari pertemuan tersebut adalah, sangat mungkin, untuk memberikan tekanan politik pada rezim. Dengan demikian, apa yang mereka harapkan bahwa peristiwa politik sebesar itu diliput oleh media massa dan diekspos di seluruh dunia. Sementara itu, media massa telah enggan untuk membuat liputan tersebut. Menanggapi perilaku politik media yang tidak biasa, umat Islam yang mendukung tekanan politik terhadap rezim cenderung mengoptimalkan penggunaan media sosial yang lebih sulit dikendalikan. Artikel ini bertujuan untuk menggambarkan fenomena komunikasi politik Indonesia, pola hubungan antara Media, Negara, dan Komunitas Islam, dan juga untuk menjawab mengapa Media Indonesia menjadi perilaku satu sisi sesaat sebelum pemilihan nasional yang populer disebut "demokratis pesta" terjadi . Metode penelitian meliputi penelitian kualitatif, yaitu data primer spesifik yang dikumpulkan melalui penelitian kepustakaan, kemudian ditafsirkan untuk menemukan generalisasi. Wawancara dengan para ahli dilakukan untuk menganalisis kasus-kasus tertentu.
Keywords