Ruang-Space: Jurnal Lingkungan Binaan (Oct 2022)

Academic Integrity and Academic Fraud

  • Alexander Cuthbert,
  • Gusti Ayu Made Suartika

DOI
https://doi.org/10.24843/10.24843/JRS.2022.v09.i02.p01
Journal volume & issue
Vol. 9, no. 2
pp. 99 – 104

Abstract

Read online

Western religious and intellectual traditions came together in Monastic life. The production of new knowledge was independent to the time it took for creation. Quality was all that mattered. Today, a bizarre reversal has taken place. Quality has been sacrificed to time. Given the neoliberal state and right-wing politics, the business model itself, lacking any moral core, has been applied to universities. Today, every aspect of academic life must be analyzed, tested, and quantified. Whereas previously, the highest academic accolade was given to a single-authored refereed publication, today, it is the number of citations that matter. Hence articles with ten authors are now frequent, where each contributes close to zero in work, and one’s inclusion is frequently paid for. Overall, the very fabric of intellectual life is being eroded. Far from improving quality, individuals are encouraged to ‘play the system’. Undeniable is the fact that academics themselves are forced to encompass a fundamentally corrupt system of practices to negotiate their interests. Hence ethical behaviour becomes negotiable, and collegiality is undermined. This promotes an increase in plagiarism, deceit, fraud at a global level, and the trading of favours for credit. The following short paper summarises how this takes place. It demands that academics report corrupt practices. It also calls on university bureaucracies to review the critically flawed system they have created. Keywords: academic life; ethical behaviour; fraud Abstrak Tradisi intelektual barat terjadi secara bersamaam dalam kehidupan monastik. Pembangunan pengetahuan yang baru tidak tergantung pada waktu yang dibutuhkan untuk penciptaannya, namun sebuah proses yang mengedepankan kualitas. Yang terjadi belakangan ini adalah sebaliknya. Kualitas telah dikorbankan untuk waktu. Praktek neoliberal, politik sayap kanan dan model bisnis, yang kurang menaruh perhatian terhadap tata moralitas, telah juga merambah ke roda operasional universitas. Saat ini, setiap aspek kehidupan akademik harus dianalisis, diuji, dan diukur. Sedangkan sebelumnya, penghargaan akademik tertinggi diberikan kepada publikasi yang telah melalui proses review yang seksama, dan ditulis oleh seorang penulis tunggal. Sementara yang terjadi belakangan ini, yang dominan adalah kuantitas, termasuk jumlah publikasi dan banyaknya sitasi. Oleh karenanya, artikel dengan sepuluh penulis atau lebih sangat sering ditemukan, di mana sebagian penulis berkontribusi pada level yang mendekati nol. Penyertaan seorang penulis sering kali karena kesediaan yang bersangkutan untuk membayar. Secara keseluruhan, jalinan kehidupan intelektual sedang terkikis, jauh dari upaya-upaya yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas, dan pihak-pihak yang terlibat didorong untuk 'bermain dengan sistem’. Tidak bisa disangkal jika dalam kenyataannya, para akademisi dipaksa untuk melakoni sistem yang pada dasarnya ‘korup’ dalam rangka menegosiasikan kepentingan mereka. Dalam konteks ini, perilaku yang beretika menjadi sesuatu yang bisa dinegosiasikan, dan hubungan kolegialitas menjadi teremehkan. Kondisi ini telah mendorong peningkatan praktek plagiat, penipuan, pemalsuan di tingkat global, dan terjadi pula proses memberi bantuan dengan harapan pihak yang dibantu akan melakukan hal yang sama dikemudian hari. Tulisan singkat berikut ini merangkum bagaimana hal ini terjadi. Artikel ini menuntut agar para akademisi melaporkan praktik-praktek keakademikan yang tidak genah dan juga memohon birokrasi di level universitas untuk meninjau ulang sistem yang telah mereka buat dan menyebabkan terjadinya kondisi-kondisi yang dipaparkan di dalam tulisan ini. Kata kunci: kehidupan akademik; tingkah laku beretika; penipuan