Ranah: Jurnal Kajian Bahasa (Dec 2015)
PANDANGAN DAN SIKAP BAHASA MASYARAKAT DI WILAYAH PERBATASAN: KASUS MASYARAKAT DI ENTIKONG, KALIMANTAN BARAT
Abstract
Kajian tentang wilayah perbatasan sudah banyak dilakukan terutama sejak lepasnya P. Sipadan dan P. Ligitan dari wilayah NKRI. Dari segi kebahasaan, kajian terhadap masyarakat di wilayah perbatasan yang dapat dilakukan antara lain adalah bagaimana sikap bahasa mereka. Sebagian masyarakat di wilayah perbatasan merupakan dwibahasawan, terjadi karena adanya interaksi antarmasyarakat kedua negara. Situasi ini memungkinkan timbulnya persaingan dalam memilih bahasa. Kajian ini mencoba menjelaskan bagaimana pandangan dan sikap bahasa masyarakat perbatasan di Entikong terhadap bahasa daerah, bahasa Indonesia, dan bahasa negara tetangga. Secara politik wilayah perbatasan atau pulau-pulau kecil dapat dikatakan hilang apabila masyarakat di wilayah tersebut lebih mengakui negara lain dibandingkan negaranya sendiri. Dari segi psikologis, penduduk yang tinggal di daerah perbatasan rasa nasionalismenya cenderung tipis, terutama yang bertetangga dengan negara yang lebih tinggi kemakmuran ekonominya. Hal ini dapat menjadi penyebab makin banyaknya masyarakat perbatasan yang lebih memilih untuk belajar dan menggunakaan bahasa negara tetangga serta mengabaikan bahasa daerah dan bahasa Indonesia yang menjadi ikatan primordial. Dengan menggunakan metode kuantitatif, berdasarkan data primer dari 108 responden dengan purposive random sampling, hasilnya, pandangan dan sikap bahasa responden terhadap bahasa Indonesia dan bahasa daerah cenderung berada pada kategori positif sementara terhadap bahasa asing cenderung cukup positif. Semakin tinggi tingkat pendidikan responden, semakin tidak positif sikap bahasanya terhadap bahasa asing.
Keywords