Majalah Geografi Indonesia (Sep 2016)
Pemodelan Bahaya Banjir dan Analisis Risiko Banjir Studi Kasus : Kerusakan Tanggul Kanal Banjir Barat Jakarta Tahun 2013
Abstract
ABSTRAK Bangunan pengendali banjir seperti tanggul pada Kanal Banjir Barat di Jakarta memiliki potensi kerusakan yang dapat mengakibatkan terjadinya banjir tanggul dan berdampak pada daerah di sekitarnya. Kejadian banjir tanggul pada tahun 2013 telah menyebabkan kerugian ekonomi yang cukup besar sehingga diperlukan pemodelan bahaya banjir dan penilaian kerentanan serta analisis risiko pada daerah terdampak banjir tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun peta risiko kerugian banjir pada daerah yang mempunyai potensi rawan kerusakan tanggul di sekitar Kanal Banjir Barat. Tahapan dalam analisis penelitian ini meliputi analisis hidrologi, analisis hidraulika, penilaian kerentanan bangunan dan analisis risiko kerugian banjir. Pemetaan genangan banjir dilakukan dengan berdasarkan pada besarnya volume limpasan yang keluar dari badan tanggul sebagai hasil simulasi runtuhnya tanggul. Penilaian kerentanan bangunan dilakukan dengan memodifikasi model PTVA yang selanjutnya digunakan dalam analisis risiko untuk mengetahui berbagai tingkatan risiko kerugian bangunan pada daerah terdampak banjir tanggul. Hasil pemodelan bahaya banjir pada kejadian banjir tahun 2013 digunakan untuk mengetahui karakteristik kerusakan tanggul pada Kanal Banjir Barat. Besarnya volume limpasan pada kerusakan tanggul yang terjadi pada tahun 2013 sebesar 744.700 m3 dengan luas area terdampak banjir sebesar 39,2 Ha, sedangkan besarnya volume limpasan pada titik potensi rawan kerusakan lainnya sebesar 160.750 m3 dengan luas area terdampak banjir sebesar 9,5 Ha. Daerah terdampak banjir tanggul pada titik rawan kerusakan lainnya tersebut mencakup sebagian wilayah Kelurahan Kota Bambu Utara dan Kelurahan Jati Pulo. Hasil akhir dari perhitungan analisis risiko spesifik bangunan secara kuantitatif menunjukkan bahwa lingkungan RW II pada Kelurahan Kota Bambu Utara merupakan daerah yang mempunyai tingkat risiko paling tinggi terhadap banjir dengan jumlah risiko spesifik bangunan mencapai Rp 737,72 Juta dari total risiko spesifik bangunan sebesar Rp 1,97 Miliar. ABSTRACT The structure of the canal; such as its levee in Jakarta; has a potential to fail that can cause flooding to the surrounding area. The levee breach in 2013 had caused major economy loss; thus there is a need to develop a model of the hazard and its risk analysis to the area affected. The purpose of this research is to create risk map from flood hazard to the potential affected area where the levee might fail again in the West Flood Canal. Steps taken for the research analysis are hydrological analysis; hydraulic analysis; building vulnerability assessment and risk analysis.The flood hazard map was created from the modeling of levee breachbased on volume of flow leaving from the result of simulation. Building vulnerability assessment was conducted using a modified PVTA model then used to calculate the risk analysis to find out the level of risk of the buildings in the affected areas. The outcome shows that the characteristic of the damage in the levee for the 2013 levee breach on the West Flood Canal was used for the model. The volume of the outflow in 2013 levee breach is 744.700 m3 affecting the area of 39;2 ha;on the other hand; the volume of the outflow on the predicted area is 160.750 m3 affecting an area of 9;5 Ha. Another affected area for potential levee breach consists of Kelurahan Kota Bambu Utara and Kelurahan Jati Pulo. The end result of the risk analysis shown that RW II in Kelurahan Kota Bambu Utara is the area that has the highest risk from flood with total loss from the building in RW II is up to Rp 737;72 million from the overall building loss is Rp 1;97 billion.
Keywords