JP-BSI (Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia) (Oct 2017)

Wujud Peralihan Kode dalam Peristiwa Tutur Informal Masyarakat Multietnis di STKIP Singkawang Kalimantan Barat

  • Heru Susanto,
  • B. Wahyudi Joko Santoso

DOI
https://doi.org/10.26737/jp-bsi.v2i1.235
Journal volume & issue
Vol. 2, no. 1
pp. 26 – 30

Abstract

Read online

Keberagaman etnis pada masyarakat multilingual di STKIP Singkawang dapat mengakibatkan adanya kontak bahasa. Masing-masing etnis yang berada di lingkungan sekolah tinggi tersebut memiliki kode tutur yang berbeda-beda. Perbedaan kode tutur tersebut akan dapat memengaruhi jalannya proses pertuturan. Hal inilah yang terjadi pada masyarakat multilingual di STKIP Singkawang Kalimantan Barat. Masyarakat multilingual di STKIP Singkawang terdiri dari dua etnis besar, yaitu etnis Melayu Sambas dan etis Dayak Kanayatn dan dua etnis kecil, yaitu etnis Jawa dan Madura. Tujuan penelitian ini adalah menemukan dan menjelaskan wujud alih kode dan menemukan dan menjelaskan faktor-faktor alih kode. Data dalam penelitian ini adalah penggalan tuturan pada tuturan informal masyarakat multilingual di STKIP Singkawang. Data dikumpulkan melalui dua metode yaitu, metode simak dan metode cakap. Metode simak menggunakan teknik dasar yaitu teknik sadap. Teknik lanjutan dari metode simak dalam penelitian ini adalah simak bebas libat cakap, teknik rekan dan teknik catat. Selanjutnya, untuk metode cakap menggunakan teknik dasar yaitu teknik pancing. Teknik lanjutan dari metode cakap yaitu, teknik cakap semuka, teknik rekam dan teknik catat. Untuk menganalisis data dalam penelitian ini menggunakan metode padan dengan alat penentu adalah bahasa lain. Simpulan dari penelitian mengenai alih kode dan campur kode pada tuturan informal masyarakat multilingual di STKIP Singkawang adalah sebagai berikut. Wujud alih kode yaitu alih kode internal. Alih kode internal yang terjadi adalah alih kode dari kode tutur Melayu Sambas ke kode tutur Indonesia, alih kode dari kode tutur Dayak Kanayatn ke kode tutur Indonesia, dari kode tutur Indonesia ke kode tutur Melayu Sambas, dan dari kode tutur Indonesia ke kode tutur Dayak Kanayatn. Kemudian untuk faktor-faktor penyebab alih kode terdiri dari lima faktor yang menjadi penyebab timbulya alih kode. Adapun kelima faktor tersebut meliputi (1) penutur, (2) mitra tutur, (3) hadirnya orang ketiga dalam pertuturan, (4) pokok pembicaraan, dan (5) untuk membangkitkan rasa humor.

Keywords