Health Science Journal of Indonesia (Mar 2016)
Electricity and risk of public health center had measles vaccine damage in Indonesia
Abstract
AbstrakLatar belakang: Puskesmas yang memiliki vaksin campak rusak dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko.Oleh karena itu perlu diidentifikasi beberapa faktor risiko dominan yang mempengaruhinya.Metode: Analisis menggunakan sebagian data Riset Fasilitas Kesehatan (Rifaskes) tahun 2011. Rifaskestersebut dilakukan di seluruh Puskesmas di 33 provinsi di Indonesia. Selanjutnya, pada analisis ini hanyamenggunakan data Puskesmas di provinsi yang memiliki cakupan imunisasi campak di atas angka prevalensinasional (81,6%), dan Puskesmas yang memiliki angka prevalensi campak di atas angka prevalensi nasional(1,18%). Analisis data statistik dilakukan dengan menggunakan analisis regresi logistik untuk menentukanbeberapa faktor risiko dominan yang mempengaruhi Puskesmas yang memiliki vaksin campak rusak.Hasil: Sebanyak 7 (Riau, Jakarta, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, SulawesiSelatan, Gorontalo) sebanyak 1259 Puskesmas memenuhi kriteria inklusi. Puskesmas yang berlokasi diperdesaan dibandingkan dengan perkotaan berisiko 3,4 kali lipat yang merupakan Puskesmas yang memilikivaksin campak rusak [rasio odds suaian (ORa) = 3,37; 95% interval kepercayaan (CI) = 1,34-8,26]. Selanjutnya,Puskesmas dengan ketersediaan listrik PLN kurang dari 24 jam dibandingkan dengan tersedia selama 24jam mempunyai risiko 2,1 kali lipat merupakan Puskesmas yang memiliki vaksin campak rusak (ORa =2,10; 95% CI = 1,02-4,33).Kesimpulan: Puskesmas yang mempunyai kerusakan vaksin campak yang rusak lebih banyak terjadi di Puskesmasdi perdesaan dan yang tidak tersedia listrik PLN maupun ketersediaan listrik sehari-hari kurang dari 24 jammerupakan Puskesmas yang memiliki vaksin campak rusak. (Health Science Journal of Indonesia 2015;6:116-20)Kata kunci: vaksin campak rusak, Puskesmas AbstractBackground: The Public Health Center (PHC) had broken measles vaccine was influenced by a numberof risk factors. Therefore, it was necessary to identify some dominant risk factors that related to PHC hadmeasles damage vaccines.Methods: The analysis used a part of the data of Research Health Facilities (Rifaskes) in 2011. The Rifaskeswas conducted in all health centers in all (33) provinces in Indonesia. Furthermore, this analysis uses dataonly health center in the province who have measles immunization coverage the national prevalence rate(81.6%) or more, and health centers that have measles prevalence rate above the national prevalence rate(1.18%) or more. Statistical data analysis performed using logistic regression analysis to determine someof the risk factors related to the health center had has measles vaccine damaged.Results: A number of 7 provinces (Riau, Jakarta, West Nusa Tenggara, East Nusa Tenggara, CentralSulawesi, South Sulawesi, Gorontalo) with 1259 PHC met the inclusion criteria. Health centers locatedin rural areas compared with urban areas had 3.4-fold risk of a PHC that had measles damage vaccines[adjusted odds ratio (ORa) = 3.37; 95% confidence interval (CI) = 1.34 - 8.26]. Furthermore, the healthcenter with the availability of the electricity for less than 24 hours compared with available 24 hours had2.1-fold risk of PHC that had measles damage vaccines (ORa = 2.10; 95% CI = 1.02 - 4.33).Conclusion: Public health center in rural areas, or did not have not have commercial electric power, ordid not have the availability of day-to-day electricity less than 24 hours had more risk of a PHC that hadmeasles damage vaccines. (Health Science Journal of Indonesia 2015;6:116-20)Keywords: measles, public health center, vaccine