Jentera: Jurnal Kajian Sastra (Dec 2022)

Deiksis Waktu dan Waktu Referensial dalam Sastra Lisan Minangkabau

  • Sheiful Yazan,
  • Arwemi Arwemi,
  • Gina Havieza Elmizan

DOI
https://doi.org/10.26499/jentera.v11i2.5204
Journal volume & issue
Vol. 11, no. 2

Abstract

Read online

Minangkabau oral literature is a folk literature that tells the story of the past, when people were not familiar with the clock as a means of telling time or modern time concepts such as hours, minutes, and seconds were not used by the community. This article describes how the Minangkabau people of the past explained the deixis of time and referential time. It also explains about the concept of time or time reference and the indication of time throughout the day, duration, time reference used, and the concepts of past, present, and future time. Katopusako utterances, petatah-petitih, and oral literature, such as Tambo Minangkabau, and kaba, especially the classic one, are used as data sources. Ferdinand de Saussure's semiotic theory was used in analysis to find signified data and the meaning of the signifier of the time deixis. The research findings show that time deixis gives an indication of time, time duration,and time reference. All time deixis of Minangkabau and referential time refer to the surrounding natural conditions and human routine activities, as the Minangkabau philosophy says,“alam takambang (nature) becomes the teacher”. Abstrak Sastra lisan Minangkabau adalah karya sastra rakyat yang menceritakan kisah masa lampau ketika masyarakat belum mengenal jam sebagai alat penunjuk waktu, atau konsep waktu modern seperti jam, menit, dan detik belum digunakan. Artikel ini memaparkan bagaimana masyarakat Minangkabau masa lalu menuturkan deiksis waktu dan waktu referensial, menjabarkan konsep waktu atau rujukan waktu, serta menjelaskan indikasi waktu sepanjang hari, durasi, acuan waktu yang digunakan, dan konsep waktu masa lalu, sekarang, dan masa depan.Sumber data adalah tuturan kato pusako, petatah-petitih, dan sastra lisan, seperti Tambo Minangkabau, dan kaba, khususnya kaba klasik Minangkabau. Analisis data menggunakan teori semiotik Ferdinand de Saussure untuk menemukan data petanda (signified) dan menemukan makna penanda (signifier) dari deiksis waktu. Temuan penelitian menunjukkan bahwa deiksis waktu memberikan indikasi waktu, durasi waktu, acuan waktu, dan referensi waktu. Semua deiksis waktu dan waktu refensial Minangkabau merujuk kepada kondisi alam sekitar dan kegiatan rutin manusia sebagaimana filosofi Minangkabau mengatakan alam takambang jadi guru.

Keywords