Fon (Mar 2024)
JEJAK TRADISI "ANTU BANYU" MASYARAKAT MELAYU PALEMBANG: ANALISIS FUNGSI DAN SIGNIFIKANSI KONTEKSTUAL
Abstract
ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk menggali lebih dalam tentang fungsi linguistik dan implikasi kontektual dari istilah Antu Banyu yang berkembang dalam komunitas Melayu Palembang. Metode kualitatif dimanfaatkan sebagai metode penelitian dengan menggunakan dokumentasi, observasi, dan wawancara untuk mengumpulkan data. Kerangka analisis yang digunakan mengikuti model Miles dan Huberman mencakup reduksi data, penyajian data melalui lensa teoritis Finnegan, dan diakhiri dengan penyimpulan hasil analisis data. Melalui kuisioner yang melibatkan 50 orang responden yang dikelompokkan menjadi Gen X, Gen Y, Gen Milenial, dan Gen Z, sekaligus wawancara dengan para ahli, terlihat bahwa istilah Antu Banyu diketahui secara universal. Sumber keluarga memainkan peran penting dalam memahami istilah tersebut, seringkali terkait dengan keyakinan terhadap mitos hantu yang hidup di air. Klasifikasi istilah Antu Banyu mencakup 15 fungsi dan konteks yang berbeda, yaitu perenang handal, penyelam terampil, penguasa perairan, seseorang yang meninggal di air, seseorang yang mandinya sangat lama, seseorang yang mandi di sungai saat magrib atau malam hari, siswa ataupun pekerja yang datang dan pergi sesuka hati, seseorang yang pelit, seseorang yang menghindar dari kewajiban dan tanggung jawab, ejekan kepada orang yang tidak disukai, seseorang yang memiliki ilmu hitam, peringatan bahaya, untuk menakut-nakuti orang, hantu yang hidup di air, dan seseorang yang gesit dan lincah dalam mengerjakan sesuatu. Semua penggunaan istilah Antu Banyu yang berkembang di masyarakat Melayu Palembang berkaitan erat dengan mitos hantu air yang masih sangat dipercaya. Namun, konotasi positif pada istilah tersebut pun ditemukan pada beberapa fungsi. Hal ini mengindikasikan pergeseran semantik yang signifikan dalam penggunaannya. KATA KUNCI: Finnegan, hantu air; masyarakat melayu Palembang; mitos; semantik. “ANTU BANYU” TRADITIONS IN PALEMBANG MALAY COMMUNITY: ANALYSIS OF FUNCTION AND CONTEXTUAL SIGNIFICANCE ABSTRACT: This study aims to delve extensively into the linguistic functionality and contextual implications of the term Antu Banyu, which developed within the Palembang Malay community. Qualitative methods are employed as research methods by using documentation, observation, and interview in collecting data. The analytical framework adopted follows Miles and Huberman's model, encompassing data reduction, data presentation through Finnegan's theoretical approach, and data analysis conclusion. Through a questionnaire involving 50 respondents categorized into Generation X, Generation Y, Generation Millennial, and Generation Z, and alongside experts interviews, it becomes apparent that the term Antu Banyu that all respondents were familiar with the term Antu Banyu. Most of the information about the term Antu Banyu was universally recognized. Family sources play a pivotal role in comprehending the term, often intertwined with the myth of water ghost. The Antu Banyu term spans 15 distinct functions and contexts, including that of an adept swimmer, skilled diver, nautical experts, deceased in the water, prolonged bathers, twilight or nocturnal river bathers, undisciplined students or workers, miserly person, obligation-averse individual, derisive remarks directed at disliked persons, black magic shaman, danger harbinger, intimidation means, river ghosts, and adroit task performers. All applications of the Antu Banyu term, as molded by Palembang Malay society, remain closely related to the enduring myth of water ghosts, upheld by persistent convictions. However, select usages of the term exhibit positive connotations across diverse functions, signaling a notable shift in its semantic utilization. KEYWORDS: Finnegan; ghost water; Palembang Malay community; myth; semantic.
Keywords