Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah (Jun 2016)

ANALISIS USAHA TENUN IKAT BERBASIS PEWARNA ALAM DI KABUPATEN SUMBA TIMUR: Kasus di Kecamatan Kambera dan Umalulu

  • Murniati -,
  • Mariana Takandjandji

DOI
https://doi.org/10.22322/dkb.v33i1.1063
Journal volume & issue
Vol. 33, no. 1
pp. 67 – 84

Abstract

Read online

ABSTRAK Pembuatan kain tenun ikat Sumba Timur menggunakan pewarna alam dari bagian tumbuhan. Kerajinan tersebut sudah berkembang dari semula bersifat subsisten menjadi komersial. Namun pengembangannya belum optimal dan belum mendapat dukungan secara signifikan dari para pihak terkait. Penelitian bertujuan menganalisis usaha tenun ikat, meliputi proses dan biaya produksi serta pendapatan pengrajin, jenis-jenis tumbuhan pewarna yang digunakan, permasalahan yang dihadapi pengrajin, para pihak terkait dan dukungan yang diperlukan untuk keberlanjutan dan pengembangan usaha. Penelitian dilakukan di tiga kelurahan/desa pada Bulan Februari dan Juni 2014 melalui metode wawancara, dialog dan pengamatan lapangan. Usaha kerajinan tenun ikat di Kabupaten Sumba Timur tergolong industri mikro. Tenaga kerja berasal dari anggota keluarga terutama ibu dan anak wanita. Biaya produksi dan harga jual produk (selendang, sarung dan kain) sangat bervariasi antar pengrajin. Rata-rata volume kerja pengrajin 7,91 unit benang per tahun dan rata-rata pendapatan pengrajin Rp1.133.122,- per bulan. Dua jenis tumbuhan yang digunakan sebagai sumber pewarna alam utama adalah Indigofera tinctoria L. dan Morinda citrifolia L. yang dipungut dari alam. Belum ada usaha budidaya jenis-jenis tersebut secara signifikan. Produktivitas kerja pengrajin belum optimal dan bahan baku sumber pewarna alam semakin sulit diperoleh. Produk kain tenun masih terpaku pada motif dan warna atau corak tradisional sehingga segmen pasarnya terbatas. Untuk menjamin keberlanjutan dan pengembangan usaha tenun ikat di Sumba Timur, budidaya jenis-jenis tumbuhan penghasil pewarna alam sudah sangat mendesak dilakukan. Perlu pula mengenalkan jenis-jenis tumbuhan penghasil warna alternatif. Untuk memperluas segmen pasar diperlukan pengenalan motif dan warna atau corak alternatif sehingga produknya lebih bervariasi. Kata kunci: Tenun ikat, pewarna alam, pengrajin, biaya produksi, volume kerja ABSTRACTManufacturing of East Sumba’s hand woven is using natural dye from parts of plant. This research aims to analyze business characteristics, covering process, production cost and handcrafters’ income, kinds of plants used as natural dye, handcrafters’ problems and supports needed to develop the business. The research was conducted at three villages in February and June 2014 by using interview, dialogue and field observation method. The business is micro scale industry where labours are from family members. Production cost and selling price of the products vary among handcrafters. Average work volume of handcrafters was 7,91 of thread unit per year and generate income of Rp1.133.122,- per month. There are two plant species produce natural dye that are mainly used, i.e. Indigofera tinctoria L. and Morinda citrifolia L., collected from nature. Work productivity of handcrafters has not optimal yet and raw materials of natural dye are more difficult to be obtained. Products of Sumba hand woven still use traditional motives and color, so that market segments are limited. To ensure the sustainability and development of the business, cultivation of plant species produce natural dye has to be done immediately. To expand market segment, it is important to introduce alternatives motive and color. Keywords: Hand woven, natural dye, handcrafter, production cost, work volume

Keywords