EduChemia (Jan 2017)
ANALISIS ASAM AMINO PADA MINYAK KELAPA DENGAN PROSES PENGASAMAN MENGGUNAKAN HPLC
Abstract
Abstract: Study of the success of producing coconut oil processed by acidification method based on analysis of amino acids in fatty cream using HPLC has been carried out. Purpose of this study was to determine the quality of coconut oil that is made by acidification methods to fit the SNI and APCC standard. Successful method of acidification can be seen from the types of amino acids were analyzed using HPLC instrument. Whereas, the protein content of fatty cream were analyzed by Kjeldahl method and type of amino acid that is formed using HPLC. Research results showed that the samples made of coconut oil has a FFA content of 0,36%, protein content of 21,81%, color and smell are normally. This results in accordance with the SNI standard, but still below the standard of APCC. HPLC analysis showed that the profile of amino acids formed from the sample failed and successful is different from the non-lysine and leucine in the sample that caused the high failure rate of rancidity. Abstrak: Telah dilakukan pembuatan minyak kelapa yang diproses dengan metode pengasaman melalui analisis asam amino dengan menggunakan High Performance Liquid Chromatography (HPLC). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas minyak kelapa yang dibuat dengan metode pengasaman agar sesuai dengan standar SNI dan APCC. Keberhasilan metode pengasaman dapat dilihat dari jenis asam amino yang dianalisis menggunakan HPLC dari sampel minyak yang diperoleh. Sedangkan residu dianalisis kadar proteinnya dengan metode Kjeldahl dan jenis asam amino yang terbentuk dengan menggunakan HPLC. Penelitian menunjukkan bahwa sampel minyak kelapa yang dibuat memiliki kadar FFA sebesar 0,36%, kadar protein sebesar 21,81%, warna dan bau yang normal. Hasil ini sesuai dengan standar SNI, namun masih di bawah standar APCC. Analisis HPLC menunjukkan bahwa profil asam-asam amino yang terbentuk dari sampel gagal dan berhasil adalah berbeda yaitu ketidakberadaan lisin dan leusin pada sampel gagal yang menyebabkan tingginya tingkat ketengikan.
Keywords