Warta LPM (Jun 2017)

MANAJEMEN MUTU KERJASAMA KEPALA SEKOLAH SEBAGAI PENINGKATAN KUALITAS DAN AKREDITASI SEKOLAH DASAR DI KABUPATEN-KOTA MAGELANG

  • Tria Mardiana,
  • Rasidi Rasidi,
  • Ela Minchah Laila Alawiyah

DOI
https://doi.org/10.23917/warta.v19i3.3042
Journal volume & issue
Vol. 20, no. 1
pp. 32 – 39

Abstract

Read online

Tujuan program ini adalah mengetahui langkah-langkah pelatihan mutu kerjasama dan mengoptimalkan pelatihan manajemen mutu kerjasama. Hal ini didasari pada permasalahan yang terjadi pada mitra yaitu kurangnya perhatian Kepala Sekolah dalam kerjasama lembaga, Bentuk kerjasama-kerjasama yang dimiliki oleh sekolah kurang maksimal, dan terbatasnya sumber dana yang dimiliki sekolah dalam peningkatan mutu. Target luaran dalam pengabdian ini adalah Modul Pelatihan Manajemen Mutu Kabupaten dan Kota Magelang Kepala Sekolah Sebagai Penunjang Kualitas Dan Akreditasi Sekolah Dasar. Target ini meliputi beberapa aspek: 1) Model pelatihan manajemen sebagai penunjang mutu dan akreditasi sekolah dasar di Kabupaten-Kota Magelang. 2) Pemahaman Kepala Sekolah tentang pentingnya dan manfaat dari manajemen mutu kerjasama. 3) Kemampuan menyusun rencana strategis, dan tindak lanjut kerjsama Sekolah Dasar. Pelatihan yang diikuti oleh 25 kepala Sekolah Dasar di Kabupaten dan Kota Magelang ini, menggunakan model pelatihan yang tertutup dengan keuntungan penggunaan model ini yaitu: 1) Menerangkan beberapa aspek dari perilaku manusia dan interaksi, 2) Mengintegrasikan apa yang akan diketahui dengan observasi, 3) Penyederhanaan proses hubungan antar manusia yang kompleks, 4) Membimbing observasi. Pelatihan dalam program pengabdian ini memiliki aspek yaitu, mengidentifikasi kebutuhan organisasi, penilaian dan umpan balik, spesifikasi pekerjaan, identifikasi kebutuhan peserta pelatihan, menentukan tujuan, membuat kurikulum, memilih strategi pengajaran, dan pengadaan sumber–sumber pengajaran, pelaksanaan pelatihan. Efektifitas pelatihan dilihat pengkuruan awal yaitu menggunakan pretest diperoleh skor pemahaman awal dengan persentase 67,4% dan pengukuran akhir dalam bentuk postest dengan persentase 82,95%. Terjadi peningkatan pemahaman tentang manajemen mutu kerjasama sekolah sebesar, terjadi peningkatan 15,55% dalam tahap pelatihan. Hal ini menunjukan efektifitas model pelatihan mutu kerjasama.

Keywords