Jurnal Civics: Media Kajian Kewarganegaraan (May 2020)

Resolusi konflik berbasis budaya Tionghoa dan Jawa di Surakarta

  • Annisa Istiqomah,
  • Delfiyan Widiyanto

DOI
https://doi.org/10.21831/jc.v17i1.28754
Journal volume & issue
Vol. 17, no. 1
pp. 40 – 49

Abstract

Read online

Upaya resolusi konflik dibangun untuk mencegah timbulnya konflik komunal di antara warga etnis Tionghoa dan etnis Jawa. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menguraikan upaya dalam membangun kerukunan antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Pecinan, Sudiroprajan, melalui resolusi konflik berbasis budaya. Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa resolusi konflik berbasis budaya di Kampung Pecinan, Sudiroprajan meliputi: 1) proses perkawinan silang antara etnis Tionghoa dan Jawa; 2) prinsip “kumpul ra kumpul mangan” yang selanjutnya memberikan motivasi kepada masyarakat dari etnis Jawa; 3) Bangunan yang mengolaborasikan motif dan ukiran Cina dan Jawa; 4) Berbagai upacara keagamaan yang melibatkan seluruh partisipasi etnis; 5) Pertunjukkan wayang potehi dan barongsai yang dimainkan secara bersama-sama baik oleh etnis Tionghoa maupun etnis Jawa. ----- Conflict resolution efforts were built to prevent communal conflict between ethnic Tionghoa and ethnic Javanese. The purpose of this study is to describe the efforts in building harmony between Tionghoa and Javanese ethnic groups in Kampung Pecinan, Sudiroprajan, through cultural-based conflict resolution. This research is a case study research using a qualitative approach. Data collection techniques used in this study were interviews, observation, and documentation. The results showed that cultural-based conflict resolution in Kampung Pecinan, Sudiroprajan included: 1) the process of cross-marriages between ethnic Tionghoa and Javanese; 2) the principle of "gathering together manganese gathering" which further provides motivation to the people of ethnic Javanese; 3) Buildings collaborating on Tionghoa and Javanese motifs and engravings; 4) Various religious ceremonies involving all ethnic participation; 5) Puppet potehi and barongsai performances that are played together both by ethnic Tionghoa and Javanese.

Keywords