Istinbath (Dec 2017)

KAJIAN FIQH SAINS TERHADAP KECERLANGAN HILAL SEBAGAI PRASYARAT TERLIHAT HILAL KRITERIA DANJON DAN KRITERIA DJAMALUDDIN

  • Arino Bemi Sado

DOI
https://doi.org/10.20414/ijhi.v16i2.4
Journal volume & issue
Vol. 16, no. 2

Abstract

Read online

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menjelaskan kriteria Danjon dan kriteria Djamaluddin untuk kecerlangan sebagai prasyarat terlihatnya hilal dalam penentuan awal bulan hijriah. Dengan menggunakan metode deskriptif komparatif dan pendekatan fiqh sains, tulisan ini menjelaskan tentang kecerlangan sebagai prasyarat terlihat hilal dengan kriteria Danjon dan Djamaluddin serta membandingkan antara kedua kriteria tersebut. Perlu dilakukan analisis mendalam mengenai tingkat kecerlangan hilal yang dapat memengaruhi pengamatan hilal pada saat matahari mulai terbenam pada akhir bulan Hijriyah. Danjon telah menganalisis hubungan antara jarak sudut matahari dan bulan (yaitu jarak di langit dalam ukuran sudut pandang yang dinyatakan dalam derajat) serta besarnya lengkungan sabit hilal. Djamaluddin mempertimbangkan dua aspek pokok terkait dengan kecerlangan hilal, yaitu aspek fisik hilal dan aspek kontras latar depan di ufuk barat. Aspek fisik hilal dipertimbangkan karena terkait dengan kuat cahayanya, sedangkan aspek kontras latar depan di ufuk barat dipertimbangkan karena terkait dengan cahaya senja yang mengganggu pengamat ketika mengamati hilal. Dari uraian tentang kecerlangan kriteria Danjon dan Djamaluddin, penulis menyimpulkan bahwa kriteria Djamaluddin merupakan penyempurna dari kritera Danjon, yakni dengan menambahkan parameter beda tinggi Bulan dan Matahari pada kriterianya, sebagai koreksi terhadap cahaya syafak. Abstract This study explains Danjon and Djamaluddin’s criteria for brightness as a precondition for the appearance of a new moon in the early determination of the hijri month. By using comparative descriptive method and fiqh approach of science, this paper explains bout the brightness as a prerequisite for the visibility of the moon viewed from these two scholars. Danjon, a France astronomer, has analyzed the relationship between the angular distance of the sun and the moon (i.e. the distance in the sky in the measured viewing angle expressed in the degrees) as well as the magnitude of the hilal crescent arch. Djamaluddin considers two main aspects related to the brightness of the new moon, the physical aspect of the new moon and the aspect of the foreground contrast on the western horizon. The physical aspect of the new moon is considered because it is associated with its strong light, while the foreground contrast aspect in the western horizon is considered because it is associated with the evening light that disturbs the observer when observing the moon. This study argues that Djamaluddin’s criterion is a perfect complement to Danjon’s criterion. Djamaluddin adds the height difference parameters of the moon and the sun to its criterion as a correction to the light of syafak (twilight)

Keywords