Edusaintek (Mar 2022)

MASA DEPAN PENDIDIKAN AGAMA DAN TANTANGAN PLURALISME AGAMA DALAM RUANG PUBLIK GLOBAL

  • Abdullah Latuapo

DOI
https://doi.org/10.47668/edusaintek.v9i1.409
Journal volume & issue
Vol. 9, no. 1

Abstract

Read online

Globalisasi telah membuka pintu perjumpaan antar agama dalam satu “rumah besar”.Hal ini menghadirkan konsekwensi pelik; persinggungan antar claim of truthyang makin tak terhindarkan!Dalam kondisi demikian, pluralisme bersemai perlahan dalam relung-relung kehidupan umat beragama.Menawarkan netralitas sikap dan kesatuan pandangan bagi masa depan bersama. Namun tentu saja penerimaan kedua paham masih menjadi diskursus panjang dan berliku, bahkandiantara pemeluk agamasendiri.Bagai simalakama;menerima tawaran sekularisme dan pluralisme dapat menjebak keber-agamaan kedalam jurang nihilism, sementara berpegang teguh pada keyakinan rigid hanya akanmenjerumuskan kedalam lubang hitam absolutisme, keduanya merupakan kutub yang sama berbahaya.Tantangan globalisasi juga akan merubah ”wajah” agama-modernyang sangat jauh berbeda dengan agama-tradisional sebelumnya;dimana agama tidak lagi ‘berwibawa’, solid dalam satu kesatuan (umat), melainkan terfragmentasi kedalam individu-individu yang beragam. Ini tentu bukan pertanda agama akanterpinggirkan di ranah privat-individual, melainkan justru tampil mengemuka di ranah publik, melalui figur pribadi-pribadi yang tidak kalah saleh-nya dengan otoritas ulama-pendetaformal. Religiusitas-modern masa depan ditandai dengan tampilnya pribadi-pribadi layaknya “mullah”, imam, yang sibuk mencerdaskan keber-agamaan dirinya di ruang publik. Dan akhirnya, ruang publik (public sphere) sendiri mengalami perubahan signifikan, yang bahkan pergi jauh meninggalkan idealisme sang penggagasnya, Habermas. Masa depan pendidikan agama menemukan tantangan signifikan, otoritas kebenaran menjadi terfragmentasi kedalam pemahaman individu-individu yang sangat beragam, model pendidikan menjadi sangat terbuka dengan berbagai perbedaan, dan sangat kritis terhadap kesepahaman (permufakatan).

Keywords