Langkau Betang: Jurnal Arsitektur (Apr 2020)

ARSITEKTUR KOLONIAL BELANDA DI INDONESIA DALAM KONTEKS SEJARAH FILSAFAT DAN FILSAFAT ILMU

  • Dimas Wihardyanto,
  • Sudaryono Sudaryono

DOI
https://doi.org/10.26418/lantang.v7i1.35500
Journal volume & issue
Vol. 7, no. 1
pp. 42 – 56

Abstract

Read online

Arsitektur merupakan salah satu produk budaya hasil pemikiran manusia yang mampu menggambarkan secara komprehensif bagaimana hubungan dirinya dengan konteks sosial maupun seting lingkungan yang ada. Tidak terkecuali arsitektur kolonial Belanda di Indonesia. Kolonialisasi di Indonesia terutama yang dilakukan oleh Belanda merupakan salah satu babak sejarah penting di Indonesia karena mampu merubah cara berfikir arsitektur di Hindia Belanda semakin modern mendekati yang terjadi di Barat. Pengaruh modernisme dalam arsitektur tersebut tentunya tidak dapat dilepaskan dari perkembangan cara berfikir masyarakat barat yang bertitik tolak dari cara memandang alam dan manusia melalui pendekatan kategorisasi dan analogi. Setelah melalui kurun waktu yang cukup panjang arsitektur kolonial Belanda di Indonesia akhirnya tidak dapat memaksakan penggunaan arsitektur barat secara penuh. Konteks sosial budaya serta seting lingkungan dan iklim yang berbeda akhirnya mampu mengajak para arsitek untuk mengedepankan cara berfikir yang bertitik tolak pada alam melalui pendekatan analogi alih-alih menonjolkan arsitektur barat sebagai simbol manusia modern melalui pendekatan kategorisasi. Kemunculan arsitektur Indis adalah salah satu buktinya. Selanjutnya melalui metode kajian literatur terhadap sejarah perkembangan filsafat barat, metodologi penelitian arsitektur, dan teori-teori mengenai arsitektur kolonial Belanda di Indonesia peneliti mencoba merunut dan merumuskan bagaimana Posisi keilmuan arsitektur kolonial Belanda di Indonesia dalam konteks sejarah filsafat dan filsafat ilmu. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah bahwasanya perkembangan arsitektur kolonial di Indonesia berawal dari cara berfikir dualisme dengan mengambil alam sebagai tidak tolak, kemudian beralih menjadi cara berfikir monisme dengan revolusi industri sebagai latar belakang, dan kemudian kembali ke cara berfikir dualisme dengan menempatkan alam sebagai titik tolak pada abad ke 20. DUTCH COLONIAL ARCHITECTURE IN INDONESIA IN THE HISTORICAL CONTEXT OF PHILOSOPHY AND PHILOSOPHY OF SCIENCE Architecture is one of the cultural products of human thought that can to comprehensively describe how its relationship with the social context and the existing environmental settings. Dutch colonial architecture in Indonesia is no exception. Colonialism in Indonesia, especially those carried out by the Dutch, is one of the important historical phases in Indonesia because it can change the way of thinking architecture in the Dutch East Indies increasingly modern that is happening in the West. The influence of modernism in architecture indeed cannot be separated from the development of western society's way of thinking, which starts from the way of looking at nature and humans through a categorization and analogy approach. After a long period of time, Dutch colonial architecture in Indonesia finally could not force the full use of western architecture. The socio-cultural context and the different environmental and climatic settings were finally able to invite the architects to put forward the way of thinking that starts with nature through an analogy approach instead of highlighting western architecture as a symbol of modern humans through the categorization approach. The emergence of Indis architecture is one of the proofs. Furthermore, through the method of studying literature on the history of the development of western philosophy, architectural research methodology, and theories about Dutch colonial architecture in Indonesia researchers try to trace and formulate the scientific position of Dutch colonial architecture in Indonesia in the context of the history of philosophy and philosophy of science. The results obtained from this study are that the development of colonial architecture in Indonesia started from the way of thinking of dualism by taking nature as not rejecting, then turning into monism with the industrial revolution as a background, and then returning to the way of thinking of dualism by placing nature as a point starting in the 20th century.

Keywords